Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mentalitas "Berutang" dan 10 Tips Lepas dari Beban Utang

25 Mei 2020   07:00 Diperbarui: 25 Mei 2020   14:06 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rupiah (Sumber: www.Thinkstockphotos.com)

Pada tahun 1930-an, saat Amerika Serikat mengalami gelombang pengangguran besar-besaran, sejumlah politikus mendesak pemerintah untuk proaktif membangkitkan kembali perekonomian. Hal ini menyebabkan munculnya pemikiran bahwa meminjam uang dan memberi pinjaman adalah hal yang perlu dilakukan untuk memulihkan perekonomian yang menurun.

Kini setelah berselang hampir satu abad, utang telah begitu melekat dan sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Berutang dan memberi utang dianggap sesuatu yang lumrah dan wajar.

Di zaman modern saat ini, sangat jarang kita dengar orang yang membeli rumah tanpa mengajukan kredit ke bank. Tak sedikit juga mobil yang berseliweran di jalanan didapat dari pinjaman utang. Bahkan, perabot-perabot yang terpajang indah menghiasi sudut-sudut rumahpun hasil karena berutang.

Kondisi ekonomi yang sulit di tengah pandemi covid-19 saat ini, terkadang memang memaksa seseorang mengajukan pinjaman utang. Tetapi gaya hidup dan budaya konsumtif lebih menjadi penyebab mentalitas 'berutang' makin subur.

Hidup banyak orang masih mencirikan sikap mencari uang dan menghabiskannya. Tujuan orang bekerja adalah mengumpulkan uang, lalu memuaskan diri dengan uang yang didapat.

Parahnya, banyak orang kini bekerja keras untuk hanya membayar utang. Meskipun suami dan istri keduanya bekerja, namun tetap sulit untuk sekedar bisa melunasi utang.

Debt (Sumber: Friendlystock)
Debt (Sumber: Friendlystock)
Berutang sepertinya memang dapat membuat hidup lebih terasa mudah. Namun, sesungguhnya berutang banyak membawa petaka di kemudian hari. Setidaknya ada dua alasan untuk kita segera meninggalkan kebiasaan berutang.

Pertama, untuk bisa melunasi utang, ternyata kesulitannya jauh berlipat ganda dibandingkan saat membuat utang itu sendiri. Ketika seseorang membuat utang, itu artinya kemampuan keuangannya saat itu belum memadai. Dengan memaksakan diri membuat utang, justru kesulitan makin bertambah karena harus menambahkan budget untuk membayar bunga utang.

Kedua, dengan berutang sebenarnya kita telah menetapkan standar hidup di masa depan yang tidak lebih baik dari saat ini. Karena bagaimanapun, setelah membuat utang, fokus kita hanya pada bagaimana melunasi utang itu.

Tak jarang, justru utang lebih sering membuat seseorang stress dan merasa tidak nyaman. Lebih jauh lagi, sekali kita berutang, akan sangat sulit untuk keluar dari jeratannya. Bak "gali lobang tutup lobang", tanpa disadari, utang telah menjadi beban besar dalam hidup.

Lalu, bagaimana kita dapat menanggalkan mentalitas "berhutang" dan lepas dari beban utang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun