Bagaimana peluang sektor lainnya? Saya pikir, Indonesia juga dapat berharap dari sektor ganda campuran dan sektor tunggal putra.
Angin segar dari sektor ganda campuran, datang dari pasangan ranking 4 dunia Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Pasangan ini tampil apik pada All England bulan Maret 2020 lalu saat memastikan diri menjadi juara dengan mengalahkan pasangan peringkat 3 dunia asal Thailand Dechapol Puavaranukroh/ Sapsiree Taerattanachai di partai final. Sebelumnya, di partai quarter final, Praveen/Melati berhasil menghentikan pasangan China peringkat 2 dunia Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping.
Pemain yang patut diwaspadai oleh Praveen/Melati adalah pasangan asal Tiongkok peringkat pertama dunia Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Dengan pasangan ini, Praveen/Melati masih ketinggalan jauh secara head to head dengan skor 2 - 7. Pertemuan terakhir mereka World Tour Final 2019, dimenangkan oleh Zheng/Huang dengan rubber game.
Namun, modal 2 kali kemenangan beruntun di Denmark Open dan French Open Oktober 2019 lalu, tentunya akan menambah kepercayaan diri Praveen/Melati jika kembali berhadapan dengan Zheng/Huang di Olimpiade Tokyo. Ditambah lagi mereka adalah juara All England 2020, sementara di turnamen tersebut Zheng/Huang hanya melangkah hingga babak 8 besar.
Selain Praveen/Melati, Indonesia masih menempatkan 1 pasangan lagi yaitu Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja di peringkat 8 kualifikasi Race to Tokyo. Meskipun pasangan ini belakangan kurang stabil, namun bebrapa kali mereka juga cukup merepotkan pasangan-pasangan elit ganda campuran. Jika Hafiz/Gloria bisa tampil baik di Olimpiade Tokyo, bukan tidak mungkin pula mereka akan menambah peluang tim ganda campuran Indonesia untuk mengamankan medali.
Sementara di sektor tunggal putra, Indonesia memiliki 3 pemain di peringkat 16 besar. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting (ranking 4), Jonathan Christie (ranking 7) dan Shesar Hiren Rustavito (ranking 14).
Anthony Sinisuka Ginting adalah juara Indonesia Master yang digelar di Jakarta Januari 2020 lalu. Di partai final, ia berhasil menundukkan Anders Antonsen, pemain asal Denmark peringkat 3 dunia. Di tahun 2019, Ginting adalah runner up China Open 2019. Ia gagal menjadi kampiun setelah di partai final dikalahkan pemain peringkat 1 dunia asal Jepang, Kento Momota. Di turnamen tersebut, Ginting gagal mempertahan posisi sebagai juara bertahan China Open yang ia raih di tahun 2018 dengan mengalahkan pemain yang sama yaitu Kento Momota.
Kandidat kuat yang akan menemani Ginting menuju Tokyo 2021 adalah Jonathan Christie. Ia tercatat sebagai peraih medali emas Asian Games 2018 saat di partai final berhasil menekuk Chou Tien Chen, pemain peringkat 2 dunia asal Taiwan. Dalam perjalanan menuju partai final, Jonatan berhasil mengalahkan unggulan pertama asal Tiongkok, Shi Yuqi, serta unngulan 8, Kenta Nishimoto dari Jepang.
Di tahun 2019, Jonatan berhasil melaju hingga partai final French Open dan Japan Open Super 750. Gelar juara ia dapatkan di Australian Open dan New Zealand Open 2019.
Peluang Ginting dan Jonatan meraih medali di Olimpiade Tokyo 2020 sebenarnya cukup terbuka lebar, mengingat cidera yang dialami Kento Momota. Namun tentu saja 2021, akan lain cerita jika Momota lepas dari cidera dan tampil di Olimpiade.
Terlepas tampil tidaknya Momota, seharusnya sektor tunggal putra Indonesia akan memberikan kesulitan bagi pemain-pemain elit dunia lainnya, asalkan keduanya, baik Ginting dan Jonatan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan tampil maksimal di Tokyo 2021.