Mohon tunggu...
josef bungsu
josef bungsu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tamat di Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero, Maumere, Nusa Tenggara Timur, tahun 2007. Sekarang mengajar di SMAN 3 Kupang, sebagai tenaga honorer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kita Harus Memilih

9 Februari 2016   12:13 Diperbarui: 9 Februari 2016   12:33 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sering dalam hidup kita ada sebuah momen yang menuntut kita untuk membuat sebuah pilihan hidup. Seperti mengambil keputusan untuk memilih mau jadi apa kita nanti. Kadang kita bingung untuk memilih, sedangkan waktu terus menuntut kita untuk segera mengambil keputusan. Dalam situasi bingung dan terdesak, apa yang mesti kita lakukan. Susana Tamaro dalam novelnya "Perilah Ke mana Hatimu Membawamu" mengajak kita untuk mencoba mengambil waktu untuk hening. Keheningan akan memberi waktu pada hati kita untuk berbicara. Ketika hati kita mulai berbicara tentang keputusan yang yang akan kita ambil, maka pergilah ke mana hati kita membawa.

Mengambil sebuah keputusan sesuai dengan suara hati kita adalah langkah yang penting. Seperti memberi uang kepada pengemis yang membuat kita jatuh hati atau kesihan padanya. Asalkan sesuai dengan suara hati kita, segala keputusan yang kita ambil tak akan membuat kita menyesal. Mengambil keputusan sesuai denga suara hati mengajak kita untuk menyerahkan semua pilihan kita pada kehendak Yang Maha Kuasa. Kita sadar bahwa suara hati yang murni dan bersih adalah suara Tuhan. Dengan kesadaran ini kita yakin bahwa segala keputusan yang kita ambil adalah sebuah jalan untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Di titik ini kita akan diajak untuk memahami sebuah pepatah Jerman "Hidup adalah sebuah anugerah dan Tugas".

Ada sebuah mitos yang menjelaskan mengapa seorang bayi lahir dan mengapa sebuah bayi mati dalam kandungan ibunya. Menurut mitos itu Tuhan akan memaparkan kepadanya bagaimana nanti hidupnya di dunia ini sebelum bayi itu lahir. Jika si bayi menyatakan ia sanggup untuk menjalaninya maka dengan cara apa pun maka bayi itu akan selamat lahir ke dunia.

Namun jika si bayi menyatakan bahwa ia tak sanggup maka bayi itu akan meninggal dalam kandungan ibunya. Memang benar hidup adalah sebuah anugerah dari Tuhan namun anugerah itu itu harus terwujud dalam rasa syukur di mana kita menyatakan siap untuk menjalani segala kehendak dan rencana Tuhan bagi kita di dunia ini.

Namun sulit juga bagi kita untuk mengetahui apakah sebuah keputusan yang kita ambil adalah rencana Tuhan atau bukan. Seperti sebuah pohon dikenal dari buahnya demikian juga sebuah pilihan dikenal dari akibatnya. Jika benar itu adalah kehendak Tuhan Maka sebuah pilihan mestinya membawa kebahagiaan, kegembiraan, sukacita, bagi diri kita dan orang lain. Buah yang manis dari keputusan kita ini menjadi sebuah patokan bagi kita untuk menilai bahwa inilah kehendak Tuhan bagi diri kita. Dari sini kita akan semakin yakin bahwa keputusan kita adalah ketusan yang benar, sebuah pilihan dari Tuhan untuk kita dan sebuah tugas yang diberikan Tuhan bagi kita.

Jika menilik sejarah hidup kita kita dapat melihat dan mengetahui bahwa seluruh pengalaman hidup kita diwarnai oleh pilihan dan keputusan. Namun jika kita lebih teliti maka kita akan menemukan bahwa ada sebuah keputusan yang pada akhirnya merubah jalan hidup kita secara total. Keputusan itu adalah momen penting dalam hidup kita karena keputusan itulah yang membuat diriku menjadi seperti yang sekarang ini. Nah setelah kita menemukan momen itu, apakah kita menyesalinya atau bersyukur atau menyesalinya? Jika kita menyesalinya, pasti ada yang salah dengan keputusan itu. Namun jika bersyukur, maka jalanilah hidup kita yang sekarang ini sebagai sebuah tugas dan rencana Tuhan bagi kita di dunia ini karena ketika maut menjemput dan ajal merengut nyawa, kita akan pergi dengan tenang karena telah purna tugas yang kita emban.

Selamat Merenung.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun