Dalam proses apapun, tujuan akhir merupakan salah satu point penting yang dapat mengarahkan seseorang untuk berjalan sesuai dengan relnya. Tanpa tujuan yang jelas. Pergerakan, rencana, hingga muara dari sebuah proses tidak akan menghasilkan apapun.
Kekuatan visi pada akhirnya dapat melahirkan grand design bagi perencanaan yang bersifat strategis. Secara sederahana visi merupakan kekuatan yang melahirkan konsep tentang keadaan di masa yang akan datang. Keadaan yang akan dituju. Visi dengan demikian mampu menggerakan dan jadi alat pemandu untuk mengapai tujuan.
Dalam pada itu, pembangunan juga butuh visi sebagai panduan dan roh untuk mencapai tujuan. Â Tanpa adanya visi yang dapat diterjemahkan dalam blue print perencanaan jangka panjang dan bersifat strategis. Pembangunan akan kehilangan arah. Kehilangan roh. Tanpa rasa, tidak nendang sama sekali.
Pada akhirnya, kita akan tahu bagaimana pembangunan diatur seenak udelnya sendiri. Cenderung jangka pendek. Tidak memikirkan masa depan anak cucu.
Asal ada pembangunan, yang penting terlihat wah. Kedengaran menarik.
Dalam konteks Indonesia, semenjak era reformasi. Sistem politik ketatanegaraan berubah sangat mendasar. Kita tidak memiliki lagi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tidak ada lagi perencanaan seperti zaman dulu, yang dikenal dengan Repelita.
Tanpa adanya GBHN, maka pembangunan di Indonesia didasarkan pada visi dan misi presiden terpilih. Inilah acuan dalam pembangunan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dalam suatu undang-undang.
Maka, dalam perjalananya ketika terjadi pergantian tampuk kepemimpinan. Kebijakan akan dengan mudah berganti, berubah, sesuai dengan keinginan dan kemauan sang presiden dan wakilnya. Akibatnya, aspek kelanjutan dari pembangunan bisa saja terhenti ketika terjadi perubahan. Inilah yang sangat tidak kita inginkan.
Pembangunan berganti pada sisi-sisi yang bersifat jangka pendeki. Kehilangan daya dobrak perubahan. Kehilangan sisi visionernya. Inilah problem yang pelik tentunya. Problem bangsa yang tidak banyak orang konsen untuk membahasnya.
Urusan politik lebih menarik, daripada memperbincangkan urusan-urusan kemaslahatan umat dan bangsa. Ini jelas problem besar bangsa.
Kini, menjelang 2014. Momentum perubahan sedang didepan mata. Apa kira-kira yang bisa kita sumbangkan untuk masa depan bangsa. Tentunya memilih pemimpin yang visioner. Pemimpin yang ide dan gagasanya bisa diadu, berani ditampilkan dalam dunia publik.
Dengan mengetahui visi, gagasan dan programnya. Masyarakat akan tahu apa-apa yang akan dikerjakan oleh sanga kandidat pemimpin nantinya.
Maka dari sekarang, lihat siapa-siapa kandidat yang memiliki dan berani menampilkan visi besarnya dalam publik. Adu, kritisi, telaah dan hajar saja. Tapi kita juga harus berani memberikan solusi kepada sang kandidat.
Jangan biarkan, mereka berjuang sendiri. Karena masa depan kita dan anak cucu kita ditangan para pemimpin tersebut.
Camkan !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H