Di halaman bangunan itu tampaklah mainan yang melaju pelan dan lemah, kondisinya rusak parah. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini, Nias," ajak Lily. Dia menarik tangan Nias yang masih terus memerhatikan mainan di sekitar bangunan hitam itu.
"Bangunan itu dihuni Penyihir Karat, Nias."
"Hah? Di bangunan menyeramkan itu tadi?"
"Iya. Penyihir Karat itu berusaha untuk membuat dirinya awet muda dengan cara mengambil aura mainan yang bermain di sekitar bangunan itu."
Nias tak percaya dengan ucapan Lily. Dia merasa hal yang dilakukan Penyihir Karat itu seperti dalam dongeng yang pernah dibacanya.
"Makanya mainan yang pulang dari bangunan itu menjadi rusak. Auranya sudah diambil Penyihir jahat itu," cerita Lily.
"Kenapa Penyihir itu ingin awet muda?"
"Ya biar kelihatan cantik terus, Nias. Teman-temannya pergi dari dunia mainan ini karena merasa tak perlu bersaing sampai mengorbankan sesama teman."
"Terus untuk apa Penyihir itu terus merugikan semua mainan di sini?"
"Untuk menjaga penampilan biar terus memesona," jawab Lily.
"Wah...namanya itu egois. Kita harus bantu mainan-mainan di sini."