Nias sedang mengobrol dengan Lily, boneka kesayangannya. Lily adalah boneka kelinci berwarna pink. Boneka itu hadiah dari ibu saat ulang tahun. Sebenarnya Nias menginginkan boneka Labubu, seperti teman-temannya. Namun dia mengubur keinginannya karena ibunya bukanlah orang kaya. Ayahnya sedang sakit. Jadi, saat diberi hadiah boneka kelinci itu dia sangat bersyukur.
Lalu Nias menggendong Lily sambil berjalan menuju ke rumah nenek. Di punggungnya ada tas warna biru yang terlihat penuh dengan barang bawaan. Nias sendiri sebenarnya agak heran dengan dirinya yang hanya berjalan kaki untuk ke rumah nenek. Biasanya dia diantar ibu atau ayah. Dia seolah terbawa sampai tempat itu karena kekuatan aneh di luar nalarnya.
Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba Nias melihat kondisi perempatan jalan yang tak seperti biasanya. Pada jalan menuju kanan dari tempatnya berdiri, jalannya berwarna pink. Di sisi kanan dan kiri jalan terdapat bunga warna-warni dan rumah serta kendaraan yang lain daripada yang lain. Dia pun melangkah ke sana.
"Nanti kita ditunggu nenek lho, Nias!" Lily tiba-tiba mengeluarkan suara. Nias sangat terkejut karenanya. Dia memang biasa mengobrol dengan Lily, tapi tak seperti saat bicara dengan teman-teman di sekolah.
"Kamu kok bisa bicara, Lily?" Lily tersenyum.
"Kalau berada di dunia mainan, aku jelas bisa bicara, Nias. Kan sesama mainan."
"Tapi aku kan manusia," ucap Nias. Lily tertawa kecil sambil menatap Nias yang keheranan.
"Semua yang masuk ke dunia mainan, otomatis akan mengerti bahasa mainan dong, Nias." Nias membelalakkan matanya. Mulutnya menganga beberapa saat.
**
Mereka berdua terus melangkah di jalanan dunia mainan. Hingga mereka tiba di sebuah bangunan warna hitam. Warna bangunan yang sangat beda dengan bangunan lain di dunia mainan.