Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan di Hutan Cemerlang

20 Desember 2024   16:47 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia sangat indah. Banyak keragaman yang bisa dilihat. Begitu juga yang bisa dilihat di Hutan Cemerlang. Warganya sangat beragam. Ada yang bisa terbang, berjalan, melata, dan melompat. 

Watak mereka juga tidak sama. Ada yang ramah, pemarah, curang, bijaksana dan sebagainya. Meski begitu, mereka tetap hidup rukun. Setiap ada perselisihan, pasti segera diselesaikan. 

Di antara warga Hutan Cemerlang, banyak anak yang sering bermain di hamparan sabana. Binatang yang berukuran kecil, bisa bersembunyi di balik semak, sehingga tampaklah hewan berukuran besar yang terlihat dari kejauhan. Itu seperti yang biasa dilakukan Gamut, anak gajah yang imut, dan Pipit, si burung pipit yang lincah.

Mereka berdua bercanda sembari menyanyi bersama. Kalau lelah, mereka akan beristirahat di bawah pohon yang berada di sekitar sungai, tak jauh dari hamparan sabana.

"Kita istirahat dulu, Pit. Kasihan kamu, sayapmu pasti capek," ajak Gamut. Mereka pun merebahkan tubuh sambil menikmati semilir angin dan gemericik air sungai.

"Kamu minum dulu sana, Mut!" Pipit mengingatkan Gamut untuk minum dulu karena dia tadi mengeluh kalau belum minum dari pagi. Gamut berdiri dan mendekat ke arah sungai dan minum air sungai yang sangat jernih.

Setelah itu dia kembali ke bawah pohon dan merebahkan tubuh. Tak lama, dia menyusul Pipit yang sudah tidur.

***

Menjelang sore hari, mereka terbangun. Mereka merasakan hawa yang dingin. Angin kencang menerpa daun-daun, membuat daun-daun kering berjatuhan. Langit pun terlihat sudah gelap. Gumpalan awan hitam itu membuat suasana sedikit menakutkan.

"Ayo, Pit. Kita lekas pulang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun