Diamanahi anak istimewa ---anak disabilitas--- tentu tak bisa ditolak oleh siapapun pasangan suami istri. Sekalipun bibir tak menerima, tapi kebanyakan orangtua harus ikhlas dan berdamai dengan hati karena sang buah hati ternyata memiliki kemampuan yang berbeda dengan teman seusianya.
Setelah berdamai dengan hati, orang tua terus membesarkan hati karena terkadang anak istimewa itu dianggap aneh oleh orang-orang sekitar yang tak memahami keunikan anak itu. Hati mereka cukup mengingat bahwa ada penduduk surga yang dititipkan untuk mewarnai kehidupan di dunia.Â
Membesarkan buah hati disabilitas tentu membutuhkan perhatian khusus dan ekstra karena mereka pada dasarnya memiliki hak yang sama, hanya perkembangan intelektual, emosional, mental yang tidak berkembang sebagaimana mestinya.Â
Anak disabilitas dibesarkan dan dididik untuk bisa mandiri. Ketika mendidik mereka, kesabaran tentu harus lebih tinggi. Harus ada dukungan dari banyak pihak kepada anak istimewa itu. Jangan malah menghakimi dan mengatakan hal yang membuat hati orang tuanya semakin terpuruk.
Meski perkembangan anak disabilitas tidak seperti teman sebayanya, akan tetapi mereka tetap akan masuk pada fase remaja, di mana mereka akan mengalami puber. Masa pubertas itu tentu saja sangat membuat was-was bagi orangtua anak yang bersangkutan.
Sebagaimana banyak beredar berita pelecehan terhadap anak berkebutuhan khusus di dunia maya. Jauh sebelum itu terjadi, maka orangtua dan guru banyak berperan untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja.Â
Sekali lagi, anak disabilitas tetap manusia normal yang bisa menyukai lawan jenisnya. Hanya saja, karena kemampuan mereka dalam memahami tentang reproduksi dan seksualitas yang kurang, sehingga mereka rentan mendapatkan pelecehan. Ada juga yang malah melakukan pelecehan karena mereka tidak memahami apa yang mereka lakukan, apa membahayakan/merugikan diri dan orang lain atau tidak.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh guru atau orang tua yang memiliki buah hati disabilitas agar buah hatinya tetap aman dan orang tua tidak ketar-ketir akan perilaku atau perlakuan yang mungkin diterima anak?
Pertama, pada prinsipnya ketika menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja kepada anak disabilitas maka guru atau orang tua harus menyampaikan sejelas-jelasnya dan apa adanya tentang nama-nama bagian tubuh, termasuk nama organ vital laki-laki dan perempuan.
Saat menyampaikan hal ini, mungkin kebanyakan orang tua yang merasa kalau itu tidak pantas dan tabu. Namun dengan penyampaian nama bagian tubuh yang jelas, sesuai nama yang sebenarnya, maka remaja disabilitas akan mengingatnya terus dan paham maksudnya.Â