Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Warna-warni Komunikasi antara Pendidik dan Orangtua Peserta Didik, Bagaimana Menyikapinya?

17 September 2024   16:20 Diperbarui: 18 September 2024   08:00 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jam pulang sekolah (Freepik)

Orangtua peserta didik ketika menyekolahkan anak-anaknya, sudah pasti memasrahkan atau mengamanahkan segala hal kepada pendidik, selama berada di lingkungan sekolah.

Sebagai orang yang mendapatkan amanah untuk melayani peserta didik, maka pendidik dituntut bisa berkomunikasi dengan orangtua peserta didik. Komunikasi harus dipelihara dengan baik.

Namun saat berkomunikasi tersebut, layaknya berkomunikasi dengan sesama manusia, pasti menemukan permasalahan. Saya yakin kalau semua pendidik mengalami masalah itu, hingga terjadi sedikit kesalahpahaman.

Beberapa yang menjadikan komunikasi seakan tak berjalan sebagaimana mestinya misalnya masalah jam pulang siswa. Ini menjadi masalah yang seakan remeh, tapi kalau terlalu sering, juga menyebabkan ketidaknyamanan dalam proses pembelajaran.

Saat sosialisasi program sekolah, pihak sekolah, baik melalui Kepala Sekolah maupun pendidik yang bersangkutan, sudah pasti mengemukakan dan menyatakan jadwal, mulai dari awal pembelajaran sampai jam kepulangan, selain kegiatan lainnya yang menunjang untuk kemajuan sekolah dan prestasi peserta didik tentunya.

Kepala Sekolah tempat saya menekankan kepada orangtua peserta didik, "Kepulangan siswa setiap hari sesuai dengan jadwal yang sudah dibagikan oleh masing-masing guru kelas ya, Ibu-bapak sekalian. Jadi, kalau guru tidak mengumumkan jam pulang sekolah, maka para siswa pulang sesuai jam di jadwal. Kalau ada sesuatu hal dan menyebabkan siswa pulang lebih awal, maka akan dikomunikasikan oleh masing-masing guru kelas."

Kurang lebih itu sudah disampaikan secara lisan dan terbuka dalam kegiatan sosialisasi program sekolah. Bahkan sebelumnya, melalui grup pada sebuah aplikasi media sosial, pendidik sudah men-share jadwal lengkap, baik jadwal pembelajaran dan pulangnya pukul berapa.

Apa yang ditemukan oleh para pendidik dalam keseharian? Di sekolah saya, tetap saja ada orangtua yang bertanya kepada Pendidik, "Bu, hari ini pulang jam berapa?" Pertanyaan itu diajukan baik secara pribadi maupun grup.

Ketika saya menuliskan pengalaman ini, saya ingat dari sebuah posting-an seorang Psikiater ternama di akun sosial medianya bahwa di sekolah tempat anaknya juga ada saja pertanyaan serupa. Itu di sekolah yang jelas-jelas sudah favorit dan orangtuanya punya kesadaran tinggi atas jadwal pelajaran anak-anaknya.

Saat mendapatkan pertanyaan jam pulang sekolah dari orangtua peserta didik, jujur saja, kalau saya rasanya prihatin sekali karena orangtua tak memerhatikan pengumuman yang disampaikan oleh guru atau Kepala Sekolah. Sudah jelas jika dalam jadwal tercantum jam pulangnya, kenapa masih ditanyakan juga.

Saya sendiri juga seorang ibu yang memiliki anak usia sekolah. Saya paham kalau anak-anak zaman sekarang ini lebih banyak yang diantar jemput saat sekolah. Tak seperti zaman dulu, anak-anak benar-benar dilepas untuk mandiri. Mereka pulang dan berangkat sekolah sendiri. Artinya tanpa merepotkan orangtua. 

Anak-anak zaman dulu santai saja saat orangtua hanya berada di rumah, sementara mereka jalan kaki atau bersepeda ke sekolah. Jadi, orangtua tidak terbebani dan tidak terikat untuk antar jemput anak yang bersekolah.

Lain dengan sekarang, anak-anak sangat tergantung pada orangtua. Entah karena orangtua yang tidak tega atau bisa saja karena anak yang memang ingin enak. Akibat dari fenomena ini, orangtua malah menjadi sibuk dan membagi waktu untuk bekerja dan antar jemput sang anak.

Ada saja perilaku orangtua yang akhirnya kesal kepada pihak guru atau sekolah saat jam pulang sekolah.

Ada yang tiba-tiba menggeber motor di lingkungan sekolah karena tidak ada pengumuman jam pulang sekolah. Ada juga orangtua yang tiba-tiba berjalan ke arah saya yang sedang selesai mengajar pelajaran Bahasa Jawa di kelas lain. Kebetulan kelas saya diisi oleh guru Agama. 

Orangtua itu marah dan membuat saya terhenyak. Apa yang dikatakan oleh orangtua peserta didik tadi?

"Bu, kalau mengumumkan pulang jam X ya pulang jam X. Jangan molor begini. Saya ini buruh. Bu guru yang konsistenlah!" Begitu inti dari ucapan orangtua tersebut.

Saya agak terkejut. Tapi saya hanya mengiyakan dan menjawab kalau para peserta didik sedang belajar dengan guru lain. Orangtua tersebut masih protes lagi. Lagi-lagi, saya mengiyakan karena tidak enak juga kalau harus ribut dengan beliau.

Sebelumnya beliau menanyakan jam pulang sekolah dan saya hanya menjawab saja. Setiap hari, sebenarnya saya tak mau mengumumkan kepulangan para peserta didik. Tapi kok kebetulan hari itu ada orangtua siswa yang bertanya jam pulang sekolah. Mau tak mau saya menjawab kalau siswa pulang sesuai jadwal pelajaran.

Menghadapi itu, ya saya maklum saja. Memang mereka tak paham bagaimana kondisi di kelas saat akan tiba jam pulang.

Menjadi guru atau pendidik memang serba salah. Pulang tepat waktu dan memakan waktu untuk membubarkan peserta didik, itu dinilai salah bagi orangtua mereka.

Namun, jika peserta didik pulang lebih awal, pasti akan menjadi sorotan dari pengawas atau orangtua bahkan komite. Bisa saja pendidik dinilai tidak amanah, alias makan gaji buta. 

Saya sendiri, berusaha untuk memulangkan para peserta didik sesuai jadwal. Namun lima menit sebelum jam pulang, saya membiasakan kepada peserta didik untuk merapikan diri. 

"Kalian sampai di sekolah rapi dan bersepatu, maka pulang juga harus rapi. Kalian harus latihan disiplin dan rapi dari kecil," nasehat saya kepada para peserta didik di kelas bawah SD.

Waktu lima menit bagi peserta didik di SMP atau SMA mungkin akan cepat kalau dinasehati untuk mengenakan sepatu. Tapi jangan tanya, bagaimana anak-anak di kelas bawah, untuk mengenakan sepatu sudah pasti lama. Itu saja masih diwarnai dengan keributan dan obrolan yang lama. Jadi, mengenakan sepatu bisa berkali-kali lipat selesainya.

Sekali lagi, saya sadar kalau pendidik atau guru memang akan menjadi sorotan bagi orangtua, masyarakat, pengawas, dinas dan seterusnya. Menjalankan apapun yang sesuai aturan bisa dinilai keliru, tak menjalankan aturan, tentu lebih salah. 

Dalam hal ini pendidik atau guru sebagai pelayan peserta didik dan orang yang membantu orangtua dalam mendidik anak memang harus berbenah. Anggap saja ucapan mereka sebagai masukan yang baik untuk proses pembelajaran.

Di sisi lain, bagi orangtua peserta didik, tak ada salahnya kalau bertanya baik-baik. Bukan menggeber motor di lingkungan sekolah karena kesal atau marah secara langsung. Komunikasi yang baik, sudah pasti akan diterima oleh pendidik. 

Selain itu, bentuk kerjasama akan sangat baik  jika tidak terlalu sering menanyakan jam pulang sekolah. Ada baiknya orangtua mengajari anak-anaknya untuk memerhatikan jadwal pelajaran, biar guru tidak harus mengumumkan jam pulang sekolah, kecuali ada hal yang membuat jam pulang berubah.

Pendidik (guru) dan orangtua, harus saling kolaborasi yang baik, kalau perlu komunikasi tidak hanya sebatas dengan jam pulang sekolah. Alangkah baik dan hidupnya jika komunikasi itu juga dalam hal belajar anak-anak di rumah, seperti menyiapkan buku sesuai jadwal setiap harinya.

____

Branjang, 17 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun