"Bahkan pasangan sama anak juga bisa jadi hal yang berat bagi manusia ya, Bu?"
Ibu tersenyum dan melafalkan doa masuk masjid, lalu mendirikan shalat tahiyatul masjid.
***
Kamu termangu, setelah beberapa malam tidur dalam keadaan gelisah. Sesekali kamu perhatikan jam dinding yang berdetak lambat. Seakan bertanya padaku,"Jam berapa Ibu biasa mengetuk pintu dan membangunkan kita?"
Kuperhatikan air mukamu yang sering menatap pintu kamar dengan penuh harap. Aku tahu, kita mengalami hal yang benar-benar membuat hati terpukul.Â
Ketukan dan suara Ibu untuk membangunkan kita pasti selalu membuat rindu. Namun kita terlambat menyadarinya. Terlambat kalau dia telah menanamkan sebuah kebiasaan yang membuat kita rindu, saat ini dan sampai nanti, di masa mendatang yang tak kita tahu mau sampai kapan.
Kamu mulai menjalankan apa yang biasa dilakukan Ibu, sekalipun melawan hawa dingin. Dengan langkah pelan dan tatapan yang penuh harap.
"Apa yang kalian bicarakan kalau jalan begini?" tanyamu, mengulik kebiasaanku dan Ibu kalau berjalan ke masjid.
"Macem-macem sih, Rin!"
Suasana sunyi, dengan suara jangkrik dan kokok ayam dari arah yang jauh dari tempat kita berada.
***