Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman Baru Muti dan Mutmut

15 September 2024   12:29 Diperbarui: 15 September 2024   12:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer

Kisah sebelumnya 

Keesokan paginya, Muti, Mutmut, Ibu dan Bapak berlibur ke Pantai Semut yang indah dan sejuk. Suasana sangat ramai. Maklum, ini hari pertama libur panjang. Jadi, banyak keluarga yang memanfaatkan waktunya untuk liburan bersama keluarga.

Ibu tampak sibuk mengeluarkan bekal yang telah dimasak di rumah. Sedangkan Bapak menggelar tikar untuk duduk bersama dan bercerita sambil menikmati udara dan deburan di pantai.

"Ibu, kami mau main pasir ya!" ucap Mutmut, meminta izin kepada Ibunya.

"Iya. Main saja. Tapi nggak boleh bertengkar lho, ya!" pesan Ibu.

"Oke, Bu!" seru Muti dan Mutmut, sambil melakukan sikap hormat.

Ibu tertawa saat melihat tingkah laku dua anaknya itu. 

"Jangan mandi di pantai, Nak," nasehat Bapak yang masih membantu Ibu, merapikan bekal di atas tikar yang sudah digelar tadi.

"Iya, Pak. Pasti!" jawab Muti.

Muti dan Mutmut segera duduk santai di atas pasir putih. Tangannya mulai menyentuh pasir untuk dibuat istana pasir. Mereka berdua tampak asyik membuat istana pasir. Seperti teman-teman lainnya yang kebetulan juga berlibur. 

Saat asyik membuat istana pasir, tiba-tiba mereka mendengar suara anak yang menangis. Mereka menoleh ke arah suara anak yang menangis itu. Terlihatlah semut cantik yang sedang dihibur ibunya.

Muti mendekati semut cantik itu.

"Hai, siapa namamu? Aku Muti," tanya Muti kepada semut cantik sambil memperkenalkan dirinya.

Semut cantik itu terdiam sejenak dan melanjutkan tangisnya. Ibunya kembali menghibur si semut cantik.

"Dia kenapa, Bu?" tanya Muti.

Ibu semut cantik itu tersenyum. Lalu menceritakan kalau anaknya, Imut, tak punya teman bermain. Kakaknya malah main voli pantai bersama teman-temannya.

"Oh, begitu ya, Bu?"

Ibu itu mengangguk sambil membelai anaknya.

"Imut, gimana kalau kamu main sama aku dan saudaraku. Mau nggak?" tanya Muti kepada Imut.

Imut yang masih menangis dihibur dan ditanyain ibunya, apakah mau bermain dengan Muti. 

"Nggak mau!" jawab Imut sambil menangis tersedu-sedu. 

Ibu Imut kewalahan untuk menenangkan anaknya itu. Dia menghela napas panjang sambil memandang ke arah anak-anak yang bermain voli pantai. 

"Kakak, ke sini sebentar!" ucap Ibu Imut dengan suara agak keras. 

Tak lama, semut kecil yang dipanggil Ibu Imut mendatanginya. 

"Ada apa sih, Bu?" tanyanya.

"Temani adik dulu ya, Kak!"

"Ibu, tanggung mainnya," jawab Kakak Imut.

"Kasihan adikmu, Kak," kata Ibu Imut. "Iya, sebentar."

Kakak Imut berlari ke arah teman-temannya dan melanjutkan bermain dengan mereka.

"Astaghfirullah," ucap Ibu Imut.

"Imut, kamu main denganku dan saudaraku saja ya! Kita main istana pasir. Di sana!" ucap Muti, tangannya menunjuk ke arah istana pasir yang masih dilanjutkan Mutmut. 

Akhirnya Imut mengangguk. Muti pun segera menggandeng Imut dan mengajak ke istana pasir. Mata Imut berbinar-binar. 

"Istananya bagus banget!"

Imut melihat dan menyentuh istana yang sangat cantik, meski belum selesai dibuat.

"Iya. Ayo kita selesaikan bareng istananya!" ajak Muti.

"Siapa dia, Muti?" tanya Mutmut.

Muti pun mengenalkan Imut kepada Mutmut dan menyelesaikan pembuatan istana bersama, mumpung belum terlalu siang. Dalam waktu singkat, istana pasir selesai dibuat karena dibuat dengan bekerja sama antara Muti, Mutmut dan Imut.

"Sepertinya masih ada yang kurang dengan istana pasir ini," kata Muti sambil memandangi istana pasir mereka.

"Aku tahu, Muti!" pekik Imut mengagetkan Muti dan Mutmut.

Imut tertawa kecil dan melangkah ke arah ibunya beristirahat. Tak lama kemudian dia membawa sesuatu dengan menyeretnya.

"Ditambah ini di sebelah sana, Muti!" kata Imut, sambil menyerahkan barang yang dibawa. Barang itu adalah payung.

Muti menerima payung itu. Lalu dibuka dan ditancapkan pada sisi belakang istana.

"Wow, tambah cantik!" seru Imut sambil bertepuk tangan.

Mereka bertiga akhirnya bermain peran di istana itu dengan riang gembira. Muti dan Mutmut sejenak melupakan rencana untuk mencari Semar.

___

Branjang, 15 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun