"Besok kalau liburan, aku sama kakak mau mencari Semar ya, Bu!" ucap Muti. Semar adalah semut merah, tetangga mereka yang menghilang bersama saudara-saudaranya.
"Boleh ya, Bu! Kami kangen dengan Semar dan adik-adiknya," bujuk Mutmut.
Mutmut memang terbiasa menjaga adik-adik Semar yang lucu dan menggemaskan. Baik Muti dan Mutmut menganggap Semar dan adik-adiknya adalah saudara sendiri. Apalagi setelah ibu dan ayah Semar meninggal.
Muti dan Mutmut sering main petak umpet, sekolah-sekolahan, dan makan bersama. Sejak Semar dan adiknya tidak pulang, mereka tak lagi bermain seperti biasanya.
Saat bermain sekolah-sekolahan, Mutmut yang usianya paling tua berperan sebagai guru. Apa saja yang didapatkan saat bersekolah bersama Bu Guru, pasti diajarkan kepada Muti, Semar dan adik-adiknya. Contohnya cara menjaga kebersihan rumah, kerjasama dan sebagainya.
Saat bermain pun Mutmut mengajari agar bisa menerima kekalahan. Dan saat memenangkan permainan tidak boleh sombong maupun mengejek teman yang kalah.
Tadinya memang Muti, Semar dan adik-adiknya sering bermusuhan kalau bermain bersama dan kalah dalam permainan. Karena ilmu yang diberikan Mutmut, mereka belajar untuk kalah dan menang dalam bermain. Mereka tidak akan bertengkar dan bermusuhan satu sama lain ketika hasil bermain tak sesuai yang diharapkan.
Ibu Muti dan Mutmut menjadi bangga dengan kedua anaknya, juga bangga dengan Semar dan adik-adiknya. Semar dan adik-adiknya dianggap sebagai anak sendiri. Dalam hal makan, minum dan sebagainya, tidak ada perbedaan di antara mereka.
**