Dua Mei.Â
Kintania memandangi Aldara, teman barunya. Seragam, tas dan sepatu Aldara sudah terlihat lusuh.
Aldara adalah anak dari tukang kebun sekolah Kintania, Pak Sueb. Dulu dia tidak mau sekolah di tempat kerja ayahnya. Alasannya tak mau menyusahkan ayahnya. Akhirnya dia mau pindah ke sekolah ini.
Kintania ingat, dulu Pak Sueb pernah bercerita, ulang tahun Aldara bertepatan tanggal dua Mei, seperti dirinya. Tapi Aldara tak pernah dibelikan kue ulang tahun. Bahkan kado juga tak pernah diterimanya. Kata Pak Sueb, uangnya lebih baik untuk beli beras dan membayar listrik.
Kintania meraih amplop warna pink dari tasnya. Amplop itu berisi uang hasil kejuaraan melukis yang diikutinya seminggu yang lalu.
Dia menghampiri Aldara yang masih menunggu ayahnya untuk pulang.Â
"Dara, bisa temani aku ke toko kue apa nggak?"
"Toko kue?"
"Iya. Aku 'kan ulang tahun. Jadi pingin beli kue ulang tahun di toko seberang jalan itu!"
Kintania menunjuk toko kue yang sangat terkenal di kotanya. Aldara terdiam sambil memandangi Kintania.
"Kin, kamu sangat beruntung bisa merayakan ulang tahun setiap tahun," batin Aldara.
"Gimana, mau temani apa nggak?" tanya Kintania.
"Aku minta izin Bapak dulu, Kin!"
***
Di toko kue. Aldara sangat takjub melihat aneka kue ulang tahun yang berderet di etalase.
"Hei, Dara! Sini!"
Aldara mendekati Kintania yang berada di dekat etalase paling ujung.Â
"Kamu pilihkan kuenya!"
"Hah?"
"Pilihkan, ya! Aku bingung milihnya."
Aldara mengangguk. Dipilihnya kue yang cantik dengan bentuk lingkaran dan dengan hiasan Hello Kitty.
"Kamu suka?" tanya Kintania.
Aldara tersenyum. Dia berpikir, bisa memilihkan kue itu saja sudah bahagia.
Kintania mengajak Aldara untuk mendekati pegawai toko kue.
"Kak, tolong bungkuskan kue itu, ya!" Kintania menunjuk kue ulang tahun pilihan Aldara.
"Tolong kasih nama Aldara di kuenya, Kak!" kata Kintania kepada pegawai toko kue itu.
___
Cernak telah tayang di paberland