Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ajarkan Asyiknya Berkomunikasi Tanpa Gadget

7 Mei 2024   19:38 Diperbarui: 7 Mei 2024   19:52 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan surat dari anak didik yang siap dikirim ke kantor pos. Dokpri 

Pengetahuan Anak akan Sebagian Kecil Alat Jadul (Jaman Dulu) 

Pernahkah kita bertanya kepada anak-anak tentang berbagai permainan, alat transportasi, alat komunikasi atau bahkan pakaian zaman dulu? Apakah mereka mengetahui seluk beluk hal yang berkaitan dengan barang atau jasa yang kita manfaatkan semasa kecil?

Jawabnya bisa saja bermacam-macam. Ada yang mengenalkan beberapa permainan tradisional, alat transportasi, alat komunikasi atau pakaian. Mereka mungkin tahunya alat atau permainan itu sangat kuno dan tidak menarik.

Nah, karena saya melakukan pembelajaran di kelas dan kebetulan materi pelajarannya tentang alat komunikasi masa lalu, maka saya tanyakan kepada anak didik tentang alat tersebut. 

Pertama tentang kentongan. Karena anak didik saya berasal dari desa, mereka sudah pasti tahu seperti apa kentongan itu. Hanya saja, mereka tidak tahu maksud kalau kentongan dipukul. Ternyata ada beberapa anak didik yang mengetahui bahwa kentongan dibunyikan salah satunya karena ada bahaya, entah penjahat, atau maling.

Kemudian, saya menunjukkan gambar di mana pada gambar tersebut ada beberapa anak yang berdiri di depan rumah dan di depan mereka ada seorang lelaki dengan motor warna oranye dan membawa amplop.

Saya menanyakan kepada anak didik, pada gambar tersebut, lelaki itu berprofesi sebagai apa. Ada yang menjawab kalau lelaki itu pengantar undangan karena mereka tahunya kalau undangan itu diantar oleh seorang lelaki. Ada juga yang menjawab kalau lelaki itu adalah Pak Pos.

Ketika ada jawaban dari temannya seperti itu, masih ada anak didik yang berpendapat kalau Pak Pos itu tugasnya bukan mengantar undangan tetapi membantu pencairan bantuan pemerintah.

Ada juga yang menceritakan kalau Pak Pos itu bertugas mengantar paket.

Setelah mereka mengajukan pendapat masing-masing, barulah saya jelaskan kalau lelaki pada gambar tersebut memang seorang Pak Pos. Motornya berwarna oranye. 

Lalu meluncurlah cerita saat saya masih sekolah, tingkat SMP-SMA, saya sering mengirim surat dan diposkan. Untuk mengirimkan surat tadi harus menggunakan atau menempelkan perangko dengan nominal tertentu.

Nah sampai di situ, anak didik juga belum tahu seperti apa wujud dari perangko. Setelah itu baru saya tunjukkan perangko kepada mereka.

"Oh...seperti stamp dari mini market," begitu komentar mereka.

Saya mengulas sedikit tentang stamp atau perangko yang biasa ditempel pada amplop surat atau kartu pos itu fungsinya seperti ongkos kirim atau ongkir ketika orangtua mereka berbelanja online.

Cerita saya masih berlanjut, yaitu tentang cara mengirim surat sampai dibawa ke kantor pos. Surat bisa ditulis pada selembar Kartu Pos atau lembar kertas dan dimasukkan ke dalam amplop.

Praktik Membuat Surat

"Nanti Bu Guru akan memberi tugas kalian untuk menulis pesan dengan surat dan surat itu ditujukan kepada Bu Guru. Isi suratnya tentang pengalaman kalian ketika piknik, atau pengalaman berkesan lainnya," terang saya.

"Halah, Bu. Mbok kirim pesannya lewat WA saja. Gampang," komentar salah satu siswa.

Saya jelaskan kalau menulis pesan lewat WA itu hal biasa untuk saat ini. Jadi mereka tetap diajak untuk memiliki pengalaman baru.

"Kalian belajar menulis dan praktik menulis surat. Suatu saat kalau kalian mau mengirim pesan tapi tidak tahu nomor teman atau saudara, kalian bisa kirim surat. Tapi kalian harus tahu alamatnya," jelas saya lagi.

Akhirnya saya bagikan kertas kepada siswa. Saya bimbing anak didik untuk membuat surat pribadi yang sederhana. Mulai dari kalimat pembuka sampai bagian penutup surat.

Setelah selesai, saya bagikan amplop kepada anak didik dan meminta mereka untuk memasukkan surat ke dalam amplop. Kemudian saya bagikan perangko dengan nominal Rp 3.000,00. 

Siswa sedang menempel perangko pada amplop surat. Dokpri 
Siswa sedang menempel perangko pada amplop surat. Dokpri 

Sebelumnya saya tanyakan dulu kepada Pak Pos, apakah perangko tersebut bisa untuk mengirim surat dalam satu wilayah kecamatan atau kapanewon. Kapanewon adalah sebutan tingkat pemerintahan setingkat dengan kecamatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Untuk menempelkan perangko tadi, saya tetap berikan petunjuk, di mana harus ditempel dan berpesan agar posisinya tidak keliru. Langkah berikutnya adalah menulis alamat tujuan dan alamat pengirim surat. 

Anak didik menulis alamat tujuan dengan posisi tulisan kurang tepat. Dokpri 
Anak didik menulis alamat tujuan dengan posisi tulisan kurang tepat. Dokpri 

Baru yang terakhir, surat yang sudah dimasukkan dalam amplop, ditempeli perangko dan ditulisi alamat, dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan sesuai alamat tujuan.

Ketika mengajari anak didik untuk mempraktikkan kegiatan tersebut jangan dikira bisa berjalan cepat dan lancar. Maklum untuk anak didik SD tingkat bawah atau Fase B, menulisnya ada yang lancar, ada yang lambat. Demi memberikan pengalaman baru bagi anak didik, ya harus sabar.

Ketika selesai semua proses, tidak semua anak didik menulis sesuai petunjuk. Alamat tujuan seharusnya ditulis di bawah perangko, tetapi ditulis di sampingnya. Hanya beberapa anak didik yang menulisnya sesuai petunjuk.

Saya sampaikan kepada mereka, agar lain kali ketika menulis alamat tujuan tidak sejajar dengan perangko. Pesan juga saya sampaikan agar ketika nanti ditanya bagaimana cara mengirim pesan lewat surat, mereka bisa menjawab sesuai pengalaman. 

Dengan belajar seperti itu, mereka belajar menulis sekaligus bersosial tanpa gadget.

Tampilan surat dari anak didik yang siap dikirim ke kantor pos. Dokpri 
Tampilan surat dari anak didik yang siap dikirim ke kantor pos. Dokpri 

___

Branjang, 7 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun