Sikap dan tutur kata. Kaki-kaki dengan langkah kecil, mendatangiku. Lapor akan kelakuan atau ucapan temannya.
"Hukum dia, Bu Guru!"
"Dia bicara jorok," kata anak-anak bergantian.
Dengan seragam putih-merah, mereka belajar bersikap dan bertutur kata.
***
Menangis. Sebagai guru di sekolah dasar, menghadapi tangis anak sudahlah biasa. Berebut teman bermain, berebut bangku atau karena buku atau mainan disembunyikan teman lainnya.
Dengan susah, anak-anak diberi pengertian, "jangan usil kalau tak mau diusili."Â
Atau, "bermainlah bersama. Tak perlu pilih-pilih teman!"Â
Bisa juga, "Bu Guru atur tempat duduk. Bergantian setiap satu bulan sekali."
***
Hadiah. Tengah pelajaran. Ada celotehan anak yang bertanya,"Bu Guru tanggal lahirnya kapan?" Tak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Tanggal lahir guru bukanlah hal utama.Â
Mendekati bulan lahir, "cieh, ada yang ulang tahun lho."
"Ayo kita urunan."
Hingga berlalu hari lahir sang guru, semua berjalan sebagaimana mestinya. Tanpa hadiah dari anak. Hadiah terbaik adalah karakter positif dalam kehidupan mereka sehari-hari.
***
Naik kelas. Bertanyalah anak-anak, "kalau naik kelas, masih diajar sama Bu Guru kan?"
Penjelasan kalau ganti guru adalah sesuatu yang tak diinginkannya. "Sama Bu Guru terus saja."
Mereka tak tahu, jika terlalu sering bersama gurunya, bisa saja bosan dan ingin suasana baru.
Itulah anak-anak, para pembelajar yang masih polos. Di tangan mereka, masa depan bangsa akan ditorehkan.
___
Branjang, 2 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H