Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Kecil si Kucing Penasaran

21 April 2024   07:01 Diperbarui: 21 April 2024   07:04 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar image creator from Microsoft Designer

"Koko, kamu harus hati-hati kalau bermain. Apalagi kalau ke hutan dekat sungai itu."

"Iya, Bu. Oke!"

Koko, si anak kucing dengan bulu hitam dengan sedikit warna putih, mengingat-ingat kesanggupannya untuk tidak bermain di hutan. Dia tidak tahu kenapa Ibu melarangnya ke sana.

Kini Koko meninggalkan rumah. Tanpa pamit. Dia penasaran, ada apa di hutan, sampai anak-anak tidak boleh masuk ke sana.

Di tengah perjalanan menuju hutan, Koko bertemu dengan anak kucing bernama Manis.

"Kamu mau ke mana, Koko?"

"Stttt, diamlah kamu!"

"Kamu mau ke hutan itu?"

Koko hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan.

"Kita kan nggak boleh ke sana, Koko. Kok kamu nekat sih. Nanti ibumu marah lho," teriak Manis.

"Makanya kamu diam saja! Jangan bilang sama ibuku!"

Koko berjalan terus, hingga dia sampai perbatasan kampungnya dengan hutan. Sejenak dia melihat sekeliling tempatnya berdiri. Ada sungai yang jernih, pohon tinggi dan besar.

Suasana di situ sudah terasa beda. Koko ragu untuk masuk ke dalam hutan. Tapi, dia merasa sudah terlanjur sampai dekat hutan.

"Rugi dong, kalau aku nggak masuk sekalian," batin Koko.

Akhirnya Koko masuk ke dalam hutan. Sambil melihat suasana hutan, dia merasakan kalau di hutan itu sangat dingin udaranya. Semakin jauh masuk hutan, Koko semakin sulit melihat keadaannya. Sangat gelap! Tambah lagi suara burung gagak yang sangat keras, menambah suasana hutan semakin mencekam. Koko memang takut dengan suara burung gagak.

Sesaat telinganya mendengar desis ular. Tak lama, seekor ular besar mendekat ke arahnya. Koko hanya mengamati saja. Lalu mereka bermain bersama. Koko senang bukan main. Namun tiba-tiba ular itu melilit tubuhnya yang masih kecil.

"Jangan lilit aku, teman!" teriak Koko sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan ular. Bukannya dilepaskan, ular itu semakin kuat melilit.

Koko merasa tubuhnya tidak kuat melawan ular itu. Namun tak lama, ada seekor kucing besar membantunya untuk lepas dari ular. Koko mengira kalau itu adalah Kucing Hutan. Tubuhnya terlihat kuat dan mampu menyerang ular besar tadi. Akhirnya ular itu pergi dengan luka cakaran dari Kucing Hutan.

"Kamu tak apa-apa kan?"

"Iya," jawabku lemas.

"Kamu itu siapa. Sepertinya aku tak pernah melihatmu di hutan ini?"

"Aku Koko. Mau lihat-lihat hutan ini."

"Kamu itu kucing rumahan. Masih kecil lagi. Kamu segera pulang saja."

"Iya...iya! Aku akan pulang!" seru Koko.

"Terima kasih, Pak Kucing! Aku pergi dulu!"

"Ya. Segera pulang! Ingat!"

Koko langsung meninggalkan Kucing Hutan itu dan berjalan lagi. Sampai Koko merasa capek dan tidur.

***

"Hai, kamu bangun! Pergi dari rumahku!"

Koko merasakan tubuhnya ditendang. Tapi dia tetap merem. Lalu ekornya diinjak kuat. Koko berteriak kesakitan.

Koko mengaduh dan melihat binatang yang menginjaknya. Dia ingat kalau pernah melihat binatang seperti yang ada di depannya itu.

Beberapa hari yang lalu tetangganya, keluarga ayam, kehilangan telurnya karena dicuri binatang seperti yang ada di hadapannya. Lalu ibu memperingatkan agar hati-hati kalau bertemu dengan binatang itu.

"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Koko waktu itu.

Lalu Ibu berbisik,"itu Rubah. Dia cerdas tapi suka licik, Koko."

***

"Kamu harus pergi dari sini! Ini rumahku!" teriak Rubah dengan tatapan yang aneh.

"Tapi aku kan cuma ikut tidur sebentar."

"Ti-dak bo-leh!" ucap Rubah.

"Iya. Tapi sebentar lagi ya aku perginya."

Rubah itu mendekati Koko dan berkata,"Kalau kamu tidak segera pergi, aku akan teriak. Akan kuumumkan kalau kamu itu mau merencanakan merusak rumahku dan rumah Singa, Harimau, dan semua hewan di sini!" ancam Rubah.

"Kalau mereka tahu, pasti akan marah dan bisa dikejar dan diterkam bersama-sama."

Koko beringsut.

"Tubuh kecilmu itu akan sakit semua. Dan lagi, kamu tak bakal ketemu ibumu lagi. Hahahaha."

Mendengar ancaman itu, Koko pergi menjauhi Rubah. Dia bukanlah kucing yang jahat. Dia tidak suka menyakiti temannya. 

Setelah jauh dari Rubah dan berada di depan gua, dia ingat kalau sudah menyakiti ibunya. 

"Pasti Ibu mencariku. Huhuhuuu!"

Tak lama, terdengar suara auman yang sangat keras dari dalam gua. Koko sangat terkejut dan ketakutan. Selama ini dia belum pernah mendengar suara sekeras itu. 

Koko merinding dan meninggalkan mulut gua itu. Semula dia mau istirahat sebentar di sana.

Koko melanjutkan perjalanan. Dia ingin segera pulang dan meminta maaf kepada Ibunya. Tapi dia bingung, mana jalan untuk pulang ke rumahnya. 

Koko berjalan dengan lunglai. Pikirannya hanya ingin pulang, pulang dan pulang.

"Ibu, tolong aku! Aku ingin pulang!" seru Koko, memanggil Ibunya. Meski dia tahu kalau Ibu tak berada di hutan itu.

Koko sangat sedih dan menyesal karena tak menuruti nasehat Ibunya. 

"Kucing kecil, ada apa? Kamu terlihat lemas seperti itu."

Koko mendengar suara menyapanya. Dia melihat sekelilingnya. Tak ada hewan apapun.

"Ampun! Jangan takut-takuti aku. Aku janji pulang. Jangan ganggu aku!"

Koko menangis, antara takut dan sedih.

"Hei, lihat aku di sini!"

"Di mana?"

"Lihat atas!"

Koko melihat ke atas. Ada seekor burung yang tak asing baginya. Pak Burung Hantu. 

Pak Burung Hantu itu sangat baik. Kadang dia sampai di kampungnya. 

"Pak Burung Hantu. Alhamdulillah. Aku senang bertemu di sini."

Lalu Koko menceritakan pengalamannya hari ini yang nekat masuk dalam hutan dan tersesat.

"Kalau begitu, kamu makan dulu. Nanti aku antar kamu sampai batas kampungmu ya!"

"Benarkah itu, Pak?"

Pak Burung Hantu mengangguk.

"Tapi lain kali kamu nggak boleh melakukan tindakan nekat lagi."

***

"Terima kasih, Pak Burung Hantu! Sampai jumpa lagi. Bye...bye!"

Koko berlarian kecil. Tak sabar untuk sampai rumahnya yang nyaman dan bertemu lagi dengan ibunya. Pak Burung Hantu mengawasi Koko hingga Koko tak terlihat lagi.

___

Branjang, 21 April 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun