Pertama kali aku melihat Eliz, kadang merasa kasihan. Dalam satu kelasku ini, hanya dia yang beragama Kristen.Â
Aku tak tega kalau dia sendirian ketika aku dan teman-teman muslim lainnya melakukan shalat Dhuha atau shalat Dhuhur berjamaah di mushala sekolah.
Dia hanya sendirian bersama bu Kepala Sekolah, melakukan ibadahnya. Itu kalau Bu Kepala Sekolah tidak ada acara. Kalau Bu Kepala Sekolah ada rapat, dan tidak ada guru Agama Kristen, dia belajar sendiri. Membaca kitabnya. Kata guru-guruku, guru Agama Kristen mengajar di beberapa sekolah, jadi tidak bisa mengajak Eliz berdoa atau beribadah sesuai agamanya setiap hari.
"Kamu nggak apa-apa sendirian?"Â
Aku bertanya padanya ketika adzan telah berkumandang.Â
"Nggak apa-apa, Qila. Kamu shalat dulu, sana!"
Aku pun berlari menuju mushala, biar tidak ketinggalan shalat berjamaah.Â
***
Saat bulan Ramadan, kami mengikuti Pesantren Ramadan. Eliz tak berangkat sekolah. Aku pikir itu karena dia merasa sendiri saat dia mengikuti kegiatan keagamaan.
"Eliz sakit. Jadi nggak berangkat sekolah," kata Bu Guru.
Aku dan teman-teman yang mengkhawatirkannya mengangguk.Â
"Kita doakan, semoga Eliz lekas sembuh ya, anak-anak!"
"Ya, Bu!"
***
Seminggu sebelum lebaran, aku berangkat sekolah dengan semangat. Semalam aku menyiapkan bingkisan buat Eliz. Kata Ibu, memberikan bingkisan saat lebaran buat Eliz itu bagus sekali.Â
Kata Ibu, Rasulullah mengajarkan kalau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain itu tidak pandang agamanya apa.
Di sekolah sendiri juga memberikan bagian zakat fitrah untuk Eliz. Kukira zakat fitrah itu hanya untuk orang yang tidak mampu.Â
Eliz tampak senang sekali mendapatkan zakat fitrah itu.Â
"Kamu senang, Liz?" tanyaku.
Eliz mengangguk dan tersenyum riang. Lalu aku membuka tasku dan mengeluarkan bungkusan kotak yang sudah kusiapkan untuknya.
"Liz, ini buat kamu ya!"
"Apa ini, Qila?"
Aku tersenyum malu.
"Bukan apa-apa sih. Bukan barang mahal. Tapi kuharap kamu suka ya. Biar kamu bisa ngerasain kebahagiaan juga saat aku lebaran."
Eliz mengangguk. Sesekali dia memandangi kotak yang terbungkus kertas kado bergambar ketupat itu.
"Terima kasih ya, Qila. Aku bahagia sekali!"
___
Branjang, 13 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H