Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Ketahanan Diri Peserta Didik dalam Pembentukan Karakter Baik

31 Januari 2024   23:00 Diperbarui: 31 Januari 2024   23:02 2687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: penerbitbmedia.com

Peserta didik sangat rentan dalam penyalahgunaan narkoba. Kenapa itu terjadi? 

Peserta didik masih dalam tahap pencarian jati diri atau baru gencar mencari identitas diri. Beberapa di antaranya keliru dalam bergaul dan terjerat kasus narkoba atau perilaku yang bertentangan dengan norma.

Kekeliruan mereka bukan tanpa alasan. Seperti ingin lari dari masalah, sebagai solidaritas, keinginan menghilangkan rasa sakit, rasa ingin tahu, mengikuti lingkungan, jiwa berontak mereka sebagai remaja, menghilangkan rasa bosan dan tertantang untuk melakukan hal yang sama dengan temannya.

Agar tidak terlibat pergaulan bebas dan narkoba maka perlu membangun ketahanan diri peserta didik menjadi baik lagi (resiliensi). Ketahanan diri ini akan mempertangguh diri di tengah pergaulan yang kadang berkebalikan dengan prinsip kebaikan.

Perlu ada regulasi diri, perilaku asertif dan pencapaian hal positif. Regulasi diri akan mengarahkan segala sesuatu yang positif. Perilaku asertif akan membantu peserta didik untuk mengutarakan "ya" atau "tidak" secara tegas akan sesuatu. Sedangkan pencapaian hal positif akan membantu meraih aspek positif.

Menjadi pribadi positif dan tahan terhadap masalah termasuk narkoba adalah karakter yang ingin dibentuk oleh satuan pendidikan dan menjadi bekal mereka dalam membangun negara ke depannya.

Praktik Melakukan Regulasi Diri

Ilustrasi: penerbitbmedia.com
Ilustrasi: penerbitbmedia.com

Regulasi diri adalah kemampuan individu untuk mengelola pikiran, perasaan, dan perilaku dalam bentuk yang positif untuk mencapai sesuatu yang diiinginkan. 

Kemampuan regulasi ini akan membentuk peserta didik untuk memecahkan masalah, meningkatkan percaya diri, membatasi pergaulan buruk, mengurangi stres dan meningkatkan prestasi akademik dan membantu murid dalam meraih cita-cita yang ingin dicapai.

Sebaliknya, jika tidak terbentuk regulasi diri maka peserta didik akan berperilaku di luar kendali, mudah gelisah, kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan banyaknya aktivitas yang dijalani, kesulitan untuk bersabar menunggu giliran, kesulitan untuk menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain, serta mudah menampilkan agresi dan berkata kasar serta mudah terpengaruh perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba.

Langkah untuk mengarahkan peserta didik agar bisa meregulasi dirinya antara lain mengelola waktu yang baik, berpikir kritis dan analitis serta mengelola perasaan.

Mengelola waktu, para peserta didik diajak untuk membagi waktu. Waktu yang ada dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif sehingga tidak terpikir untuk berperilaku yang bertentangan dengan norma-norma. 

Berpikir kritis dan analitis terhadap sesuatu diperlukan agar bisa mengambil keputusan secara bertanggungjawab. Sementara mengelola perasaan artinya peserta didik dilatih untuk mengelola emosi dengan baik. Mereka diajak untuk mengingat kembali hal-hal baik dan membanggakan yang bisa membuat diri mereka bangga. Dengan demikian mereka bisa mensyukuri apa yang diraih dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Kemudian mereka menceritakan kepada teman-temannya secara bergantian. Harapannya cerita tadi bisa membuka wawasan dan mengasah perasaan serta simpati-empati kepada sesama.

Perilaku Asertif

Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer

Perilaku asertif adalah kemampuan seseorang untuk mengatakan "ya" atau tidak secara tegas terhadap sesuatu. Tidak semua peserta didik bisa melakukannya. 

Ketika ada seorang teman yang melakukan perbuatan melanggar peraturan sekolah, ada peserta didik yang ikut-ikutan melakukannya ketika diajak. Meski dia tahu kalau hal tersebut keliru. Namun dia tidak menolak ketika diajak melakukan pelanggaran.

Dalam kondisi tersebut, peserta didik yang ikut-ikutan itu jelas tidak memiliki kemampuan asertif. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara melatih peserta didik berperilaku asertif?

Langkah yang bisa ditempuh misalnya diajak untuk berdebat dalam pembelajaran. Caranya kelas dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok pro masalah dan kontra masalah. Dalam berlatih berdebat ini, mereka dilatih untuk mempertahankan argumen dengan bukti-bukti yang ada. Bukan perkara benar atau salah.

Nantinya setelah perdebatan itu selesai, barulah ditarik kesimpulan dari permasalahan yang diperdebatkan. Peserta didik pada akhirnya berlatih mengambil keputusan yang terbaik.

Berikut manfaat dari sikap asertif yakni peserta didik memiliki pandangan positif terhadap diri, hubungan sosial yang positif, bisa berpendapat secara logis dan objektif, berpendapat tanpa rasa cemas.

Sebaliknya, jika peserta didik tidak asertif maka mudah dipengaruhi lingkungan, pandangan negatif terhadap dirinya sendiri dan memiliki masalah kesehatan mental.

Lalu bagaimana cara berdebat yang baik? Apakah mengedepankan pendapat pribadi? Ataukah ada dasar atau pijakan yang kuat dari argumen yang dikemukakan?

Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer 
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer 

Ketika berdebat, peserta didik tetap diberi rambu-rambu atau aturan yang jelas oleh guru. Rambu-rambunya misalnya: utamakan kesopanan, tidak menyerang pihak tertentu, dengarkan argumen pihak yang sedang berbicara, berbicara sesuai dengan giliran, mengelola emosi, jangan biarkan perasaan menguasai serta berpikir objektif walau tidak setuju dengan hasil akhir.

Ketahanan diri peserta didik sangat bagus untuk kepentingan dan karakter baiknya. Guru perlu melatih agar langkah untuk membentuk ketahan diri bisa berjalan sebagai mana mestinya. Tentu harapannya ketahanan diri ini berpengaruh terhadap hal-hal yang positif. Tak lupa, komunikasikan terus dengan orang tua, warga sekolah lain serta masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun