Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Malu Memiliki Ibu Sepertiku

22 Desember 2023   20:46 Diperbarui: 22 Desember 2023   20:49 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya hidupku beberapa bulan aneh. Napasku sering sesak, pikiranku entah ke mana. Ada banyak hal yang kutakutkan. Takut keramaian, takut kabar duka, dan banyak lagi. 

Bila sebelumnya ada yang mengenalku, pasti akan merasakan keanehan juga. Aku yang begitu ceria, optimis dan bersemangat dalam mengasuh anak-anak dan bekerja sebagai wanita karir, tiba-tiba menjadi sosok yang murung, malas ke mana-mana, takut dan pesimis.

Semakin hari, kondisiku tak semakin membaik. Tentu aku sangat sedih. Apalagi putra bungsuku masih kecil. Usianya tiga tahun.

Di usia emasnya itu ternyata aku, ibunya, menghadapi kondisi kejiwaan yang memprihatinkan. Saking putus asa, aku minta izin kepada suami untuk ke psikolog. Namun setelah konsultasi dengan psikolog, tak ada kemajuan atas masalah kejiwaanku.

"Mas, antar aku ke Dokter Rahma, ya!" 

Dokter Rahma adalah dokter spesialis kejiwaan terkemuka di wilayahku.

"Lha ngapain kok mau ke Dokter Rahma?"

"Kondisiku seperti ini, Mas. Mas sendiri tahu, aku berbeda dengan yang Mas kenal."

"Coba kamu pikir masak-masak, Dik. Nanti kalau ke Dokter Rahma terus dikasih obat. Obatnya itu golongan narkoba lho."

Aku terdiam. Antara keinginanku dengan pendapat suamiku ternyata berbeda. Namun akhirnya suamiku mengantar aku untuk konsultasi dengan Dokter Rahma.

Dokter Rahma adalah psikiater yang ramah. Beliau menanyakan keluhanku.

"Insyaallah Mbak-nya bisa membaik. Nanti saya kasih resep. Bisa diminum dua kali sehari. Pagi dan malam ya!"

Aku mengangguk.

"Mbak-nya belajar menerima kalau lagi cemas. Nanti akan hilang setelah beberapa menit," nasehat Bu Rahma.

Lalu beliau mengatakan kalau aku mengalami gangguan kecemasan menyeluruh. Tak lupa beliau memberikan tips untuk mengambil napas dalam dan mengeluarkan pelan-pelan, dalam beberapa detik jika aku merasa tak nyaman, dada sesak dan cemas.

Untuk memulihkan keadaanku ternyata tak semudah yang kubayangkan. Kontrol ke Dokter Rahma kulakukan setiap bulan. Baru setelah memasuki tahun kedua, aku kontrol dua atau tiga bulan sekali.

"Bagaimana keadaan Mbak sekarang?" tanya Bu Rahma saat aku kembali berkonsultasi untuk kesekian kalinya.

"Membaik, Dokter. Saya minum obat sekali sehari," ceritaku.

"Alhamdulillah kalau begitu. Mbak bisa mengira-ngira sendiri ya. Mau minum berapa hari sekali."

"Tapi saya kadang merasa kambuh, Dokter," curhatku.

"Penyebabnya apa, kalau boleh tahu," selidik Dokter Rahma.

"Cemas kalau antri, takut kalau mau lepas dari obat seratus persen."

"Berarti Mbak cemas begitu karena ada pemicunya, ya?"

Aku mengangguk.

"Nggak apa-apa. Insyaallah Mbak akan lebih baik. Jangan lupa menerima kalau lagi cemas, napas diatur. Banyak berbuat baik juga, ya! Itu akan membuat lebih bahagia."

***

Malam ini. Kupandangi si bungsu yang sudah tertidur pulas. Setiap hari aku harus memijiti kakinya. Dia memang lagi aktif-aktifnya. 

Wajah bersih, pipi chubby terlihat tenang. Kukecup kedua pipi, kening dan ubun-ubunnya. Kulafalkan beberapa surat penenang hati untuknya, biar tidurnya nyenyak dan tenang. Kuelus rambut tebalnya yang sedikit panjang. 

"Dik, Ibu menyayangimu. Ibu harap kamu dan mbak-mbakmu bisa menjadi kebanggaan Ibu. Jadilah manusia sukses dunia-akhirat."

Mataku berkaca-kaca. Begitu haru terasa karena sampai saat ini bisa melihatnya terus tumbuh.

"Ibu harap kalian tidak malu memiliki ibu seperti ibu ya, Nak."

___

Branjang, 22 Desember 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun