Dokter Rahma adalah psikiater yang ramah. Beliau menanyakan keluhanku.
"Insyaallah Mbak-nya bisa membaik. Nanti saya kasih resep. Bisa diminum dua kali sehari. Pagi dan malam ya!"
Aku mengangguk.
"Mbak-nya belajar menerima kalau lagi cemas. Nanti akan hilang setelah beberapa menit," nasehat Bu Rahma.
Lalu beliau mengatakan kalau aku mengalami gangguan kecemasan menyeluruh. Tak lupa beliau memberikan tips untuk mengambil napas dalam dan mengeluarkan pelan-pelan, dalam beberapa detik jika aku merasa tak nyaman, dada sesak dan cemas.
Untuk memulihkan keadaanku ternyata tak semudah yang kubayangkan. Kontrol ke Dokter Rahma kulakukan setiap bulan. Baru setelah memasuki tahun kedua, aku kontrol dua atau tiga bulan sekali.
"Bagaimana keadaan Mbak sekarang?" tanya Bu Rahma saat aku kembali berkonsultasi untuk kesekian kalinya.
"Membaik, Dokter. Saya minum obat sekali sehari," ceritaku.
"Alhamdulillah kalau begitu. Mbak bisa mengira-ngira sendiri ya. Mau minum berapa hari sekali."
"Tapi saya kadang merasa kambuh, Dokter," curhatku.
"Penyebabnya apa, kalau boleh tahu," selidik Dokter Rahma.