Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepeda Baru Flora dan Alanna

3 Desember 2023   05:51 Diperbarui: 3 Desember 2023   06:03 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama Flora memimpikan sepeda baru seperti sepeda milik teman-temannya. Dia ingin bermain sepeda-sepedaan di Taman Kota bersama. Tapi ibu dan bapak belum juga membelikan sepeda baru untuknya.

"Untuk membeli sepeda baru itu butuh uang yang banyak, Flora. Sabar ya!"

Bapak selalu saja memberi nasehat agar Flora bersabar. Dia hanya bisa mengangguk. Tak mungkin dia memaksa bapak atau ibunya untuk segera membelikan sepeda baru. Tak seperti temannya yang bisa langsung dibelikan apapun barang yang mereka mau.

***

Asesmen Sumatif Akhir Semester akan dilalui Flora. Tiba-tiba ada seorang lelaki tua datang ke rumah Flora. 

"Tolong belilah sepeda ini, Pak. Saya butuh uang untuk membayar ujian anak saya. Kalau tidak bisa bayar, anak saya tidak bisa mengikuti ujian. Kasihan anak saya," ucap lelaki tua itu.

"Begitu ya, Pak? Kalau boleh tahu, putranya sekolah di mana?" tanya Ibu yang baru saja ke teras rumah.

"Anak saya sekolah di SMP, Bu."

Bapak Flora tampak meneliti sepeda berukuran sedang yang dibawa lelaki tua itu. Mulai dari stang, keranjang depan, rem, bel dan boncengannya. 

"Sepedanya masih bagus begini, Pak. Apa nggak sayang kalau dijual?"

"Saya terpaksa, Pak. Demi anak saya, sepeda ini saya jual," jawab lelaki tua.

Tak lama Bapak Flora masuk ke rumah. Diikuti ibunya. Flora melihat kedua orangtuanya itu sedang berembug sebentar.

***

"Terima kasih, Pak-Bu. Semoga rezekinya dilancarkan. Terima kasih sudah mau membeli sepeda saya."

Lelaki tua itu segera berpamitan dengan Ibu dan Bapak Flora. 

"Flora, coba ke sini!"

Flora mendekati Ibu dan bapaknya. 

"Ada apa, Pak?"

Bapak masih memandangi sepeda yang baru saja dibelinya. 

"Ini sepeda buat kamu, ya!"

Mendengar ucapan Bapak, Flora marah.

"Aku nggak suka sepeda itu. Jelek banget!"

"Flora, nggak boleh begitu. Kualitas sepeda ini jauh lebih bagus daripada sepeda baru zaman sekarang lho," ucap Ibu.

"Pokoknya aku nggak mau! Aku malu sama teman-teman."

Ibu dan Bapak Flora menarik napas dalam.

"Iya. Bapak paham. Ini buat sementara ya, Nak. InsyaAllah, kalau Bapak dapat bonus akhir tahun, uangnya buat beli sepeda yang kamu inginkan."

Ternyata Flora tetap saja tak mau mencoba sepeda yang dibelikan Ibu dan bapaknya. Dia juga malas belajar untuk ujiannya.

"Kamu harus belajar, Flora. Biar kamu bisa tetap berprestasi," ucap Ibu dengan lembut.

Flora hanya cemberut. Dia duduk membelakangi ibunya.

"Tenang saja ya, Flora. Besok pagi sepedanya mau dijual sama bapak. Biar kamu bisa mendapat sepeda yang kamu inginkan. Tapi syaratnya, kamu semangat belajar."

Mata Flora berbinar. Dia membalikkan badannya dan memandang ibunya.

"Oke, Bu! Tapi beneran aku mau dibelikan sepeda baru kan?"

***

Beberapa hari kemudian, di sore hari, Flora tampak bahagia. Bapak benar-benar membelikan sepeda baru untuknya. 

Segera saja dia membawa sepedanya ke Taman Kota. Dia mau sepeda-sepedaan bareng teman-temannya. 

Teman-teman Flora memberikan selamat kepada Flora karena impiannya untuk memiliki sepeda baru terwujud. Mereka lalu bersepeda di bagian miniatur jalan raya yang ada di Taman Kota. Mereka sangat menikmati dan belajar berlalu lintas di sana. Ada miniatur trotoar, zebra cross, lampu lalu lintas. 

Tak berapa lama, Alanna yang sedari tadi belum datang, dia tampak datang dengan sepeda yang tak asing di mata Flora.

"Sepeda kamu ini kok nggak seperti biasa sih, Lanna? Kamu suka ya sepeda seperti itu?" tanya Flora.

Mereka sedang beristirahat di bawah pohon rindang, tak jauh dari miniatur jalan raya.

"Iya, Flora. Sepeda ini baru saja dibeli sama ayah. Kata ayah sih belinya di toko barang antik. Harganya ratusan juta," cerita Alanna.

Flora tampak terkejut. Begitu juga teman-teman lainnya.

"Meski terlihat jelek, tapi sepeda ini kuat dan enak buat sepedaan."

"Yang bener, Lanna?" tanya teman-temannya.

"Coba aja!"

Secara bergantian mereka mencoba sepeda antik milik Alanna. Hanya Flora yang enggan mencoba sepeda Alanna itu. Flora ingat, sepeda itu adalah sepeda yang sebelumnya dibeli bapaknya. Dia hafal betul dengan sepeda tua itu. Tak disangkanya, sepeda itu sangat mahal kalau sampai di toko barang antik. Dia menyesal karena meremehkan sepeda tua yang dulu dibeli oleh bapaknya.

__

Branjang, 3 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun