Hari ulang tahunku hampir tiba. Aku berharap mendapatkan kado istimewa dari ibu, seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku tak sabar menanti hari ulang tahunku.
Oh iya. Saat aku ulang tahun, ada tetanggaku yang juga ulang tahun, namanya Antik. Dia usianya satu tahun lebih muda daripada aku. Akan tetapi dia tak pernah merayakan ulang tahunnya.
"Mamak tidak bisa membelikan kado untukku, Mbak Fah," ceritanya.
Mamak Antik memang bisa dibilang kurang mampu. Setiap hari Mamaknya mencuci baju para pelanggannya. Uang yang dihasilkan juga tak banyak. Namun Antik sangat mensyukuri apapun yang diberikan mamaknya setiap hari.Â
Kadang aku mengajaknya ke rumah untuk bermain dan menemaniku kalau Bundaku sedang berada di luar kota. Bundaku sangat sibuk. Kata Bunda, dia berkunjung ke berbagai panti asuhan.Â
"Kalau kamu ulang tahun pasti mendapat kado istimewa terus dari Ayah Bundamu ya, Mbak Fah?" tanya Antik.
Aku tersenyum. Biasanya setelah menerima kado dari ayah bunda, aku cerita tentang kado itu. Antik tersenyum masam dan banyak diam.
Ketika ingat senyuman Antik itu, tiba-tiba aku ingin merayakan ulang tahun bersamanya. Biar Antik bisa merayakan ulang tahun juga sepertiku. Keinginan itu kukatakan pada Bunda.
"Wah. Ide bagus, Fah! Nanti Bunda siapkan acara kalian ya!"
Aku bahagia sekali saat Bunda sangat mendukung ideku. Di mataku terbayang senyum cantik Antik.