Sudah lama aku tak bermain dengan anak kecil yang rambutnya sering dikepang dua itu. Kini dia lebih senang bermain dengan handphone.
Setiap pulang sekolah, pasti yang dicarinya adalah handphone. Tak seperti dulu. Dulu kalau pulang sekolah dan sudah berganti pakaian, pasti dia mengajakku bermain di taman.
Anak itu bernama Aira. Duduk di kelas dua SD. Kalau bicara sangat menyenangkan. Sering membantu ibunya untuk menyapu dan mencuci piring.
Kegiatan itu kini jarang dia lakukan. Ibu Aira sering marah karenanya.Â
"Kamu itu tak mau bantu ibu lagi setelah diberi kado handphone sama Tante Asih," ucap Ibu Aira.
Memang handphone Aira itu kado yang diterimanya saat ulang tahunnya bulan Oktober kemarin. Aira tentu sangat senang menerima kado itu.
"Terima kasih, Tante," ucapnya girang.
Tante Asih tersenyum.
"Iya, Aira. Tapi kamu janji ya. Kamu tetap shalat, rajin membantu ibu dan rajin belajar. Kalau kamu tak menepati janji, handphone-nya Tante ambil lagi," nasehat Tante Asih.
Aira mengangguk.
Terus, setelah beberapa minggu mempunyai handphone, apakah Aira menepati janjinya?
Pada awalnya Aira memang tertib. Membantu ibu, belajar, shalat dan mengajinya terjaga. Ternyata, lama kelamaan dia lupa janjinya. Dia sering mengabaikan ucapan ibunya.
Setiap diminta untuk menyapu atau mencuci piring, pasti dia menjawab "Nanti, Bu!"
Karena itu Ibu Aira menjadi kesal.
"Handphone kamu akan Ibu kembalikan kepada Tante Asih, Aira!"
Aira cemberut dan barulah dia membantu ibu atau belajar.Â
Saat Aira membantu ibunya, aku coba mendekatinya. Aku merasa punya kesempatan untuk bermain bersamanya lagi. Aku ingin digendong dan tidur bersama Aira. Namun, Aira sangat marah saat aku mengusapkan kepalaku ke kakinya. Namun, aku malah ditendang Aira.
Tentu aku merasakan sakit sekali. Aku sedih, Aira tak menyayangiku lagi.
**
Aku sekarang tak mau pulang ke rumah Aira. Aku lebih senang bermain dengan teman-teman. Berlarian, hujan-hujanan, tertawa bersama, mencari makan dan tidur di manapun. Yang penting kami bahagia.
"Kamu yakin nggak mau pulang ke rumah tuanmu, Putih?" tanya Cokelat padaku.
"Aku lebih senang di sini, Cokelat. Di rumah aku dimarahi Aira," ujarku.
Cokelat mengajakku berjalan menuju sebuah pos ronda. Kami beristirahat di sana.
"Lihatlah!"Â
Cokelat menunjukkan sebuah kertas bergambar aku yang begitu lucu.Â
Kucing Hilang
Siapa saja yang menemukan Kitty, kucing seperti di gambar ini, harap menghubungi Ibu Ayra pada nomor 123xxx10.
___
Branjang, 15-17 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H