***
Lelaki yang kuimpikan menjadi jodohku, Mas Eka, pada akhirnya menikah. Aku tahu, saat bertemu dengan tetangganya.
"Hari ini keluarga Eka ada tepung besan, mbak," cerita tetangga Mas Eka. Tanpa diceritakan panjang lebar, aku tahu kalau Mas Eka menikah karena dia anak tunggal.
Rasanya tak percaya dan hatiku hampa. Sungguh ngenes. Di saat hubungan kami bermasalah, bukannya diselesaikan dengan baik tapi dia malah sudah berkenalan dengan perempuan lain.
Meski aku sebelumnya merasa tak mungkin bersamanya, rasa sakit hati tetap kurasakan. Hingga aku ke mana saja untuk menghibur diri.
"Sudahlah, Tiara. Kamu harus move on," nasehat Atin yang waktu itu sudah membaik dalam berkomunikasi denganku.
"Aku nggak bisa, Tin. Rasanya aku dikhianati," ceritaku pada Tin di rumahnya.
"Lalu kau mau gimana?"
Aku terdiam. Tak tahu, langkah apa yang akan kuambil.
***
Kini, setelah lima belas tahun. Kau tak hanya menyapaku. Tetapi kau menjadi teman bertengkar, jalan-jalan, sesekali ke kajian dan merawat tiga anakmu, yang juga anakku.Â