Lalu ada event yang diselenggarakan oleh Bu Lilik Fatimah Azzahra. Event-nya menulis cerpen dengan inspirasi lagu-lagu yang didengar. Di saat para Kompasianer menulis haru biru cinta, saya paling beda. Menulis cernak! Judulnya Semut-semut Nakal.Â
Baca Semut-semut Nakal
Terakhir event menulis cerita anak bertema puasa dan lebaran yang diselenggarakan oleh KomPak'O. Dari event ini, Alhamdulillah dua naskah cernak lolos dan terbit dalam buku berjudul Kejutan Terindah di Hari Kemenangan.
Bergabung ke Projek Puisi Berbalas
Dengan bergabung di Kompasiana, saya bisa belajar banyak dari Kompasianer lainnya baik melalui tulisan mereka, diskusi-diskusi dengan Kompasianer lewat WhatsApp Group maupun japrian.
Sejauh ini, saya masih bergabung dengan WAG KPB dan Pulpen. Mengenai masuknya saya ke KPB sendiri, bisa terbilang nekad.Â
Dulunya saya sering berkomunikasi dengan mbak Anis Hidayatie, ketika masih menulis di platform lain. Kalau tak keliru, beliau mengajak beberapa Kompasianer untuk membuat projek puisi berbalas. Akhirnya WhatsApp Group Project Puisi Berbalas (PPB) dibentuk.Â
Konsep buku itu terbilang unik dan menurut senior, buku seperti itu baru satu dan digagas oleh mbak Anis. Puisi-puisi dengan ragam tema, bisa dibalas dengan tulisan para Kompasianer lainnya. Jumlah penulisnya ada 26.Â
Dalam perkembangannya, WAG PPB lebih berwarna dan berubah menjadi WAG KPB, menyesuaikan nama komunitas resminya. Jumlah penulis yang tergabung di grup lebih banyak.Â
Saya kurang mengikuti grup ketika mbak Anis dan teman-teman (yang kini menjadi admin KPB) berjuang di Jakarta untuk mendaftarkan komunitas ini. Pasalnya, ketika mereka berembug, bertepatan dengan berpulangnya ibu saya.Â
Kalau saya amati, dari anggota awal, ya tinggal beberapa saja yang aktif di grup maupun Kompasiana. Saya pribadi sangat senang karena dengan banyaknya Kompasianer yang bergabung di KPB, warna grup seperti semboyan Indonesia.Â