Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengajarkan Peserta Didik Berempati dengan Sesama Teman

1 September 2023   15:01 Diperbarui: 1 September 2023   15:05 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebiasaan Peserta Didik 

Cuaca yang lumayan ekstrem beberapa waktu ini membuat tubuh kita kurang fit. Ada saja keluhan badan hingga tak masuk kerja. Atau kalau masuk kerja, hasil kerja menjadi tidak maksimal lagi.

Sakit. Saya kira tak ada yang mau kalau ditawari sakit. Apa boleh buat, kondisi tubuh tak selalu bisa bersahabat dengan cuaca yang tiba-tiba berubah. Entah orang dewasa maupun anak-anak, bisa saja kondisi badan drop.

Saya sebagai teman belajar peserta didik di sekolah, sering menasehati mereka agar menjaga kesehatan. Nasehat saya sampaikan saat upacara bendera ---bila kebetulan bertugas sebagai pembina upacara--- maupun dalam kegiatan pembelajaran.

"Cuaca seperti ini, kalian jangan banyak main layang-layang kalau siang hari. Kalau pulang sekolah, kalian istirahat di rumah. Nah, misal kalian benar-benar kepingin main layang-layang, bisa kalian lakukan sore hari," nasehat saya kepada para peserta didik.

Saya tahu betul bagaimana perilaku siswa yang sembrono. Pulang sekolah jajan es, main layang-layang dan sebagainya. Padahal cuaca sedang terik-teriknya. Hal ini tentunya memengaruhi kesehatan mereka. Dan benar, secara bergantian beberapa orang tua atau wali peserta didik meminta pamit melalui WhatsApp. Orang tua atau wali sering menceritakan penyebab anak-anak sehingga membuatnya sakit. 

Yang namanya anak-anak kalau dinasehati orang tua belum tentu patuh, makanya mereka kadang meminta bantuan guru untuk menasehati. Itulah anehnya, anak-anak lebih manut kepada guru daripada orang tua. 

Sebenarnya tanpa aduan atau cerita orang tua, saya pribadi menyampaikan nasehat kepada para peserta didik agar menjaga kesehatan. Tetapi kalau memang anak sakit, guru tidak bisa memaksakan kehendak dan tidak bisa menuntut mereka masuk sekolah kan?

Tak apalah kalau mereka pamit. Sakit menjadi waktu atau kesempatan para peserta didik untuk beristirahat. Ya meski harus tertinggal materi pelajaran. Hal terpenting mereka lekas sehat dan belajar dari pengalaman. Mereka bisa "nengeri" atau tahu tanda ---apa saja--- yang bisa membuatnya sakit saat beristirahat di rumah. Harapannya mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sakit Ketika Berada di Sekolah

Terkadang para peserta didik kurang menyadari kesehatan tubuhnya. Hingga mereka berangkat sekolah. Di tengah-tengah pelajaran, mereka mengeluh pusing atau muntah. Alhasil, mereka beristirahat di UKS sambil menunggu jemputan orang tua atau wali.

Nah, saat salah satu siswa merasa tidak enak badan, tiba-tiba muntah di kelas pasti akan membuat kelas tidak nyaman. Meja, buku dan lantai kotor oleh muntahan siswa. Dengan sigap, saya mengajak para peserta didik lainnya membersihkan kelas.

"Uwek, Bu. Mambu (Bau, Bu!)," ucap beberapa siswa yang merasa jijik.

"Nggak apa-apa, nak. Yang penting kita bersihkan kelas bersama-sama biar bisa belajar nyaman," komentar saya.

Lalu saya meminta tolong ke beberapa peserta didik untuk meminjam ember dan pel kepada penjaga sekolah. 

"Biar saya yang pinjam ke Pak Susan, Bu," tawar seorang siswi. Pak Susan adalah penjaga sekolah di sekolah kami.

Tak berapa lama satu ember dan dua pel sudah siap. Pembersih lantai pun sudah saya siapkan. Akhirnya ember saya tuangi cairan pembersih lantai ditambah air bersih untuk mengepel lantai yang sebelumnya sudah dibersihkan. 

"Bu, mbok yang ngepel itu si X. Kan dia yang muntah," usul salah satu peserta didik saat saya mulai memasukkan pel ke dalam ember berisi air yang diberi cairan pembersih lantai.

"Lha kan dia sakit. Biar dia istirahat ya!"

"Tapi, Bu..."

"Eh... kalau ada teman yang sakit ya harus kita bantu, nak. Nggak mungkin dia membersihkan lantai karena badannya nggak sehat. Ya seperti kalau kalian di rumah. Misalnya kamu sakit, terus muntah. Yang membersihkan bukan kamu sendiri 'kan?"

Tanpa mendengar banyak protes dari beberapa peserta didik, saya memberikan contoh untuk mengepel. Maklum saya mengajar di kelas bawah, jadi saya harus memberikan contoh langsung untuk mengepel kelas.

Saya mengepel sisi timur kelas. 

"Bu guru ngepel sini dulu ya! Nanti gantian kalian yang ngepel," ucap saya.

Satu peserta didik lain yang juga pegang pel saya minta untuk mengepel di sisi barat. Dia memang tidak banyak protes dan saya lihat memang termasuk anak yang sering membantu orang tua di rumah. Jadi dia tidak kaget untuk mengepel lantai kelas.

Karena saya ingin mendidik para peserta didik agar berempati maka saya minta peserta didik secara bergantian dalam mengepel kelas. Dengan kemampuan seadanya mereka mengepel.

Bekerja secara bersama-sama atau kerjasama akan membuat pekerjaan cepat selesai dan tidak terlalu capek. Pelajaran itulah yang juga ingin saya sampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan mengepel kelas itu.

Jadi, dengan membersihkan kelas yang kotor oleh muntahan salah satu peserta didik bisa mengajarkan banyak hal. Mereka belajar berempati, bekerjasama, setia kawan, mandiri dan menjaga kebersihan lingkungan.

Pekerjaan yang seolah sepele dengan mengepel kelas itu memang bernilai positif. Tak ada salahnya mereka diajak mandiri, prihatin dan memanusiakan temannya atau orang lain yang sakit. 

Branjang, 1 September 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun