Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Penulis yang Tak Dikenal

8 Agustus 2023   20:28 Diperbarui: 8 Agustus 2023   20:55 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dailysocial.id

Saat duduk di Sekolah Dasar, aku ingat kalau pernah menjadi duta mengarang tulisan. Menjadi duta mengarang, bukan berarti menjadi siswa yang juara lomba mengarang. Yakinlah, aku tak pernah mendapat penghargaan apapun dalam mengarang tulisan.

Mengenai alasan kenapa dulu aku terpilih sebagai duta mengarang, aku kurang tahu juga. Aku tak berusaha mencari informasinya.

"Kamu sering diajak jalan-jalan sama ibu dan bapak 'kan? Coba kamu tuliskan pengalamanmu di kertas ini ya!"

Kurang lebih itu yang kuingat dari perkataan Guru Bahasa Indonesia waktu itu. Bu guru menyodorkan kertas folio bergaris padaku.

"Pengalamannya ditulis di kertas ini ya! Yang banyak ceritanya," pesan Bu Guru.

Akhirnya, dengan seadanya, kutulis pengalamanku di kertas folio bergaris itu. Aku tak begitu ingat, berapa lembar dalam menuliskan karanganku.

Setelah siap, kuserahkan kepada Bu Guru. Kuberharap Bu Guru menerima dengan baik. Tetapi, tiba-tiba saja Bu Guru meminta temanku menuliskan ulang karanganku itu pada kertas lain. Rasanya kecewa juga. Sudah capek-capek menulis segala hal yang kuingat saat bepergian bersama ibu dan bapak, tiba-tiba saja tulisanku diganti dengan tulisan orang lain.

Meski namaku yang tertera di kertas karangan yang dikumpulkan, tetap saja rasa kecewa itu ada. Kenapa dengan tulisanku? Kalau sudah tahu tulisanku jelek, kenapa tidak memintaku menulis ulang saja?

Pada akhirnya, rasa kecewa itu kupendam. Bu Guru tak pernah tahu kekecewaanku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun