Gerimis mengiringi kepergianmu. Kami tak menyangka kalau kau akan pergi secepat itu.Â
Tak ada kabar berita yang kami dengar sebelumnya tentang kesehatanmu. Aku mengetahui sakitmu saat mengomentari status mas sepupuku. Kebetulan mas sepupuku adalah mas iparmu.
"Kamu nggak jenguk Katrin?"Â
Katrin adalah nama sapaan kesayangan dari kami untukmu.Â
Di tengah rasa kaget, aku menanyakan perihal sakitmu.Â
"Kabarnya belum lama ini stroke ringan. Terus kanker usus sama diabetes," begitu terang mas sepupu.
Begitu mendengar cerita itu, aku langsung mengajak saudara-saudara untuk menjengukmu. Sayangnya mereka belum bisa menjengukmu. Mereka hanya titip salam dan doa karena kesibukan dan kondisi kesehatan yang kurang fit.
Akhirnya aku mengajak suami untuk mengantarkanku ke rumah mas sepupu, di mana kau tinggal beberapa bulan ini. Ada dorongan kuat untuk segera menjengukmu.
Tak kuasa aku melihatmu begitu beda. Kau bukan Katrin yang kukenal. Tubuhmu semakin kurus. Wajahmu cekung, hanya bisa mengubah posisi tidur ke samping kanan atau kiri. Untuk berkomunikasi sudah sulit.Â
**
Aku tahu kalau Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan. Kutahu kau kuat. Kau tegar menghadapi ini semua.
Hingga kabar mengejutkanku pagi tadi. Kau telah berpulang kepada Illahi. Dia lebih menyayangimu. Tak dibiarkannya engkau menderita oleh sakitmu.
Insyaallah kau berpulang tanpa dosa. Dosamu telah dihapus oleh Allah dengan kesabaranmu dalam menghadapi sakit tak terperi.Â
Katrin, surga menantimu. Kami doakan, kau damai, tenang dan kuburmu dilapangkan. Insyaallah anak-anakmu akan baik-baik saja di sini, bersama keluarga besar kalian.
Allah telah menutup buku untuk semua amalanmu di dunia. Kau sudah mendapat bekal yang cukup untuk hidup di keabadian.Â
Selamat jalan, Katrin.
Melikan, 7 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H