Selepas shalat Dhuhur, aku tidur. Sementara suamiku masih ngantor. Sebelum adzan Dhuhur tadi dia telepon, menanyakan kondisiku. Masih puasa atau sudah buka.
Dia tersenyum bahagia melihatku berkemauan besar dalam berpuasa. Aku yang biasanya ngeyel kalau diberitahu tentang ajaran agama, akhirnya mau belajar agama.
Meski aku ngeyel, tak pernah dia membentakku atau melakukan kekerasan fisik. Boleh dikata dia sangat sabar dalam menghadapiku.Â
Sebelum menutup teleponnya, dia tetap berpesan padaku, "tak boleh memaksakan diri. Latihan dulu," begitu ucapnya.
***
Samar-samar kudengar suara adzan. Kulihat jam dinding di atas pintu kamar menunjukkan pukul 15:12. Alhamdulillah, aku bisa tidur lumayan lama. Jadi, aku tak merasakan lapar yang mendera.
Aku segera bangun. Kutunggu beberapa saat, biar mata dan tubuhku bisa fresh. Selepas itu, aku menuju kamar mandi dan berwudhu.
Kutunaikan shalat Asar. Kumemohon kekuatan kepada Allah agar puasaku bisa sempurna di hari pertama puasa sunahku. Aku benar-benar ingin merasakan nikmatnya berbuka puasa.
Saat doa selesai kupanjatkan, terdengar suara pintu kamar diketuk. Dan salam diucapkan suamiku.
Masih dengan mengenakan mukena, aku berdiri dari dudukku dan melangkah menuju pintu. Kurasakan tubuhku berat. Pandanganku berkunang-kunang. Namun aku tetap berhasil membukakan pintu kamar.
Beberapa saat kemudian, wajah suamiku terlihat kabur.