Mendongeng atau bercerita juga merupakan cara yang efektif dan menyenangkan untuk menanamkan karakter positif anak.Â
Lalu apa saja karakter yang tumbuh melalui cerita atau dongeng?
Pertama, menanamkan etika dan nilai-nilai kehidupan, misalnya kejujuran, rendah hati, rasa empati, juga sikap tolong menolong. Nilai-nilai kehidupan seperti itu, saat ini mulai luntur. Karenanya sebagai orangtua atau ustadz/guru harus menanamkan kembali dunia dongeng atau cerita anak.
Kedua, kepedulian terhadap lingkungan dan sosial, cinta tanah air. Ini jelas, karena cerita-cerita yang didongengkan merupakan cerita yang menanamkan cinta sesama dan tanah air. Sekalipun cerita itu mungkin berasal dari luar negeri. Tinggal kreativitas guru/ustadz atau orangtua saja untuk memasukkan nilai-nilai cinta kepada sesama dan tanah air ini.
Ketiga, membantu anak untuk berimajinasi. Dunia anak memang penuh imajinasi. Imajinasi itu perlu mendapat masukan nilai-nilai positif dari tontonan dan cerita yang didengar. Karenanya, orangtua harus selektif dan sangat hati-hati dalam pemilihan cerita atau tontonan anak. Jangan lelah untuk mengawasi apa yang didapat sang buah hati.
Keempat, merangsang minat baca anak dan rasa ingin tahu. Hal ini karena anak merasa penasaran dengan dongeng atau cerita yang belum pernah didengar dari guru/ustadz atau orangtua. Sehingga anak atau siswa terangsang dan termotivasi untuk mencari bacaan sendiri, tanpa harus menunggu orang tua, ustadz atau guru mendongeng atau bercerita.
Mengingat begitu banyaknya karakter anak yang bisa dibangun dari kegiatan mendongeng atau bercerita, ada baiknya kita galakkan kembali gerakan mendongeng dan menulis cerita untuk anak-anak.
Branjang, 21 Oktober 2022
Terinspirasi dari tulisan bapak Sadmonodadi, ketua PDM Gunungkidul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H