Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karakter Anak yang Bisa Tumbuh Melalui Cerita atau Dongeng

21 Oktober 2022   11:02 Diperbarui: 21 Oktober 2022   11:07 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Indonesian.id

Mendongeng atau bercerita juga merupakan cara yang efektif dan menyenangkan untuk menanamkan karakter positif anak. 

Lalu apa saja karakter yang tumbuh melalui cerita atau dongeng?

Pertama, menanamkan etika dan nilai-nilai kehidupan, misalnya kejujuran, rendah hati, rasa empati, juga sikap tolong menolong. Nilai-nilai kehidupan seperti itu, saat ini mulai luntur. Karenanya sebagai orangtua atau ustadz/guru harus menanamkan kembali dunia dongeng atau cerita anak.

Kedua, kepedulian terhadap lingkungan dan sosial, cinta tanah air. Ini jelas, karena cerita-cerita yang didongengkan merupakan cerita yang menanamkan cinta sesama dan tanah air. Sekalipun cerita itu mungkin berasal dari luar negeri. Tinggal kreativitas guru/ustadz atau orangtua saja untuk memasukkan nilai-nilai cinta kepada sesama dan tanah air ini.

Ketiga, membantu anak untuk berimajinasi. Dunia anak memang penuh imajinasi. Imajinasi itu perlu mendapat masukan nilai-nilai positif dari tontonan dan cerita yang didengar. Karenanya, orangtua harus selektif dan sangat hati-hati dalam pemilihan cerita atau tontonan anak. Jangan lelah untuk mengawasi apa yang didapat sang buah hati.

Keempat, merangsang minat baca anak dan rasa ingin tahu. Hal ini karena anak merasa penasaran dengan dongeng atau cerita yang belum pernah didengar dari guru/ustadz atau orangtua. Sehingga anak atau siswa terangsang dan termotivasi untuk mencari bacaan sendiri, tanpa harus menunggu orang tua, ustadz atau guru mendongeng atau bercerita.

Mengingat begitu banyaknya karakter anak yang bisa dibangun dari kegiatan mendongeng atau bercerita, ada baiknya kita galakkan kembali gerakan mendongeng dan menulis cerita untuk anak-anak.

Branjang, 21 Oktober 2022

Terinspirasi dari tulisan bapak Sadmonodadi, ketua PDM Gunungkidul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun