Menderita gangguan kejiwaan atau mental tentu tak diinginkan siapapun. Namun kadang manusia tidak bisa menolak jika gangguan itu bertandang di dalam dirinya. Misalnya saja gangguan cemas menyeluruh.
Penderita gangguan cemas menyeluruh akan mengalami sensasi-sensasi yang beragam. Misalnya sesak napas, panik, takut dan sebagainya.
Dari edukasi seorang psikiater di daerah saya, saya tahu kalau penderita gangguan kejiwaan bukan sebuah penyakit. Tetapi itu lebih karena saraf otonom yang berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Sementara dokter Andri Psikosomatik mengatakan kalau gangguan cemas adalah gangguan medis, sehingga bisa diobati.Â
Gangguan cemas ini bisa disebabkan oleh akumulasi cemas di masa lalu. Bisa jadi itu terjadi sejak bayi, masa balita, kanak-kanak, remaja sampai dewasa atau tua.
Apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami gangguan kecemasan?
Pertama, jangan pernah ingin seperti yang dulu. Karena masa dulu bisa jadi kita tak menyadari kalau sebenarnya ada perasaan tak terima atas sesuatu dan terus menumpuk. Akibatnya menjadi bumerang di masa kini dan selanjutnya.
Akan lebih baik jika seseorang itu juga berpandangan yang kedua. Yakin menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini karena manusia yang cerdas pasti akan belajar lebih bijak dari peristiwa-peristiwa yang dialami. Dengan begitu manusia akan lebih berkualitas. Artinya kalau saat ini sedang mengalami kecemasan, maka jangan kembali ke masa lalu yang menjadi penyebab jiwanya terganggu.
Ketiga, harus bisa mengolah stress. Cara mengolah stress bisa bermacam-macam. Di berbagai channel YouTube ataupun artikel di internet banyak dikemukakan bagaimana cara mengolah stress. Mulai dari pendekatan agama, alternatif hingga pengobatan medis.
Mana yang mau diambil oleh penderita gangguan cemas? Itu pilihan yang relatif. Namun sekiranya gangguan itu sudah memengaruhi pola hidup setiap hari dan membuat hidup tidak nyaman lagi, maka mau tak mau harus melalui pengobatan medis.
Lupakan anggapan bahwa gangguan kejiwaan itu adalah sebuah aib. Sama sekali bukan. Bahkan dokter Andri Psikosomatik mengatakan dalam sebuah kontennya bahwa gangguan kejiwaan bukan berarti lemah imannya. Beliau menekankan bahwa lemah kuatnya iman tak diukur dari gangguan kejiwaan yang dialami seseorang.
Namun untuk menenangkan diri memang masih membutuhkan aktivitas yang menenangkan seperti shalat lima waktu, shalat sunnah maupun amalan lainnya ---sesuai dengan ajaran agama masing-masing---. Setidaknya itu yang saya simak dari video dokter Andri.
Tak lupa si penderita harus melakukan relaksasi atau meditasi. Ini bisa dilakukan sebelum dan sesudah tidur. Saat meditasi ini si penderita bisa berlatih olah napas.Â
Olah napas yang baik untuk penderita gangguan kejiwaan adalah napas perut, bukan napas dada. Napas perut itu dilakukan dengan menghirup udara dari hidung, biarkan udara masuk dan perut kembang kempis secara pelan. Ini akan menyebabkan banyaknya oksigen yang masuk ke dalam tubuh dan membuat lebih rileks.
Melakukan hobi yang menyenangkan juga bisa mengurangi gejala kecemasan. Usahakan hobi yang menyenangkan itu dilakukan di alam terbuka. Bukan di ruang tertutup.
Selain itu ada kekuatan afirmasi yang bisa memotivasi seseorang untuk terbentuk seperti yang diucapkan. Contohnya: Dari hari ke hari aku semakin sehat, kuat, damai, tenang, nyaman, berani, bersemangat dan sangat bahagia.
Afirmasi ini bisa dilakukan kapan saja. Namun usahakan setiap pagi, saat meditasi, ucapkan kalimat afirmasi ini. Cerahnya seharian itu ditentukan apa yang dialami setiap paginya.Â
**
Artikel diolah dari berbagai pandangan/pendapat beberapa ahli/penyintas gangguan cemas pada video-video di Instagram dan YouTube.
Branjang, 10 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H