Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Aku Baca Bukunya Ibu Malah Jadi Pingin Nangis"

29 September 2022   11:22 Diperbarui: 29 September 2022   11:29 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan dalam judul tulisan ini diucapkan sulung saya saat masih SD. Kini dia duduk di kelas VII. Terus terang, saya tak menyangka kalau cerita-cerita anak yang saya buat bisa membuatnya terharu. Padahal tujuan saya menulis cerita anak, agar bisa membuat anak bahagia sekaligus belajar tentang makna hidup dari cerita-cerita yang saya sajikan.

Cerita anak yang saya bukukan pernah saya publikasikan di Kompasiana ini. Pembaca bisa membuka di  sini.

Ilustrasi: gramediadigital
Ilustrasi: gramediadigital

Harapan saya cerita-cerita itu bisa menginspirasi anak-anak untuk berbuat baik dan selalu berada di jalan Allah. Karenanya, setelah saya cetak, buku-buku saya bagikan kepada si sulung dan anak kedua.

Anak sulung saya kebetulan suka membaca, jadi cerita-cerita dalam buku cernak pertama saya, sudah selesai dilahapnya. Ini sangat beda dengan adiknya. Anak kedua saya lebih suka dolan. Kalau memegang buku hanya dilihat gambarnya lali dibacanya beberapa cerita yang ada di buku.

Namun, saat diberi tugas membuat cerita pengalaman, karyanya sudah lumayan menurut saya. Meski tulisan baru dua atau tiga paragraf. Saya tak memaksakan anak untuk menulis. 

Sebenarnya kemampuan membaca anak kedua lebih cepat daripada si sulung. Namun, ternyata hal itu tak menjamin dia akan suka membaca.

Sebelum saya menulis cerita-cerita anak dan saya bukukan, anak-anak biasa dibelikan buku. Komik Upin dan Ipin, Kecil-kecil Punya Karya (KKPK), Winnie the Pooh, Putri Duyung, Majalah Bobo, Binatang Zaman Purba dan sebagainya.

Contoh koleksi buku yang dibeli untuk anak-anak. Dokpri 
Contoh koleksi buku yang dibeli untuk anak-anak. Dokpri 

Buku-buku itu ada yang dibelikan Simbah kakungnya, ada juga yang saya beli atau buliknya. Koleksi buku bisa dibaca adik-adiknya. Atau saya yang ngalahi atau mengalah untuk membacakan atau mendongengkan cerita kepada adik-adiknya. 

Selain itu, saat sekolahnya si sulung ---di tingkat SD--- bekerja sama dengan LPMP Jogja dalam penyelenggaraan Perpustakaan Keliling, dia sering meminjam buku yang beragam. Kalau tidak salah selama dua tahun kerjasama itu dilaksanakan. 

Setiap buku selesai dibaca, lalu buku itu dikembalikan dan meminjam lagi. Begitu terus sampai berlangsung selama sebulan karena biasanya sebulan sekali akan diganti dengan paket buku perpustakaan lainnya.

Apapun nantinya saya berharap semua anak saya akan cinta pada buku karena buku adalah jendela dunia. Jadi, saya tanamkan anak-anak agar mau membaca dan mendengarkan cerita anak, baru nanti bisa membaca buku yang lebih berat isinya.

Dengan membaca buku, itu akan mengurangi ketergantungan anak terhadap handphone. Akan lebih baik jika membaca buku daripada asyik dengan handphone bukan?

Melikan, 29 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun