Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alasan Kedatangan Lelaki Itu Malam Ini

2 September 2022   11:56 Diperbarui: 2 September 2022   12:05 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: suaramerdeka.com

Malam ini kembali lagi lelaki sepuh itu ke rumahku. Padahal baru beberapa hari yang lalu beliau ke rumah. Untuk kerokan pastinya.

Tubuh ringkih itu berulang kali harus menikmati sentuhan logam mata uang dengan olesan minyak kayu putih. Masuk angin, begitu keluhannya tiap kali minta dikeroki.

Meski tubuhku sendiri lelah karena urusan kerja dan anak-suami, aku tak mungkin menolak permintaannya. Kalau dulu sih yang ngeroki biasanya suamiku. Namun akhir-akhir ini, akulah yang turun tangan.

Sebelumnya aku pasti segera menutup pintu-pintu kamar tidur. Menyembunyikan kondisi ruangan yang kayak kapal pecah! Maklumlah anak-anak masih kecil, masih remusuh. Barang-barang mainan yang baru saja kurapikan, dalam hitungan detik, ambyar!

Lalu kusiapkan kursi plastik yang agak tinggi untuk lelaki sepuh, yang adalah bapakku. Dengan sigap si bungsu meraih tangan Simbah kakungnya. Ketika sudah duduk, segera si bungsu duduk di pangkuannya. Akhirnya suami mengajak si bungsu ke ruang dapur dan disetelkannya film kartun dari YouTube.

***

Beberapa saat hening. Keluhan akan kondisi tubuhnya tidak kudengar. Aku bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan bapakku itu. Aku duduk di sebelahnya.

"Tadi tu Tedi ke rumah. Mau pinjam uang sejuta," cerita bapakku, memecah keheningan.

Aku tercenung. Rasanya belum lama mas Tedi, kakak iparku dilunasi utangnya oleh bapak, kok sekarang sudah mau utang lagi. Utangnya dulu untuk merawat ibunya yang opname di rumah sakit.

Pernah juga mas Tedi mengambil uang pensiun ibu dengan surat kuasa yang disimpan kakakku. Adikku marah besar dan mengatakan kalau perilaku mas Tedi sangat keterlaluan. Ya karena anak-anaknya, termasuk aku saja tidak berani mengotak-atik uang tabungan ibu, malah menantunya berani seperti itu.

Tak hanya itu, bapak juga meringankan hutang kakakku ---mbak Sinta, isterinya mas Tedi---. Bapak memberikan pernyataan kalau hutang mbakku yang semula tujuh belas juta menjadi beberapa juta saja. Tak sampai lima juta. 

Alasannya bapak merasa kasihan sama kakak. Padahal itu sangat tidak adil untuk anak-anak bapak yang lainnya. Lagi pula kakak adalah ASN. Anak lainnya ada yang belum jadi ASN.

"Lha utang sejuta mau buat apa, pak?" Tanyaku penasaran.

"Mau buat servis mobil," jawab bapak.

Ah... sungguh aku tak habis pikir dengan kakak dan iparku. Dulu utang tujuh belas juta untuk membeli mobil, sekarang mau servis saja mau utang lagi. 

"Terus, njenengan kasih uangnya?" Selidikku.

"Nggak. Aku sudah nggak percaya sama dia." Seru bapak.

"Dulu utang lima juta buat merawat ibunya saja nggak dikembalikan kok. Malah sudah kulunasi. Pokoknya aku nggak percaya lagi sama Tedi."

Aku bersyukur saat mendengar ucapan bapak.

"Lalu kusuruh Sinta yang ke rumah. Kalau Sinta yang utang, aku percaya bisa membayar utang".

Hmmm. Entah apa yang ada di pikiran bapak. Kok ya mbak Sinta dan mas Tedi diberi utang lagi. Sementara utang dulu sudah berkurang banyak. Dan lagi kakak kunilai tak mengindahkan dan menghormati bapak untuk lepas dari pengurus Takmir karena isu tak sedap di kampung. Jarang pula menengok bapak, padahal rumah juga dekat. Begitu ke rumah bapak ya karena urusan dengan uang seperti itu.

Kalau misalnya ditanyai bagaimana perasaanku, aku jelas menyesalkan yang dilakukan bapak.

Melikan, 2 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun