Golongan muda menginginkan kemerdekaan segera dilaksanakan. Sementara golongan sepuh masih menunggu "janji Jepang".
Akibatnya suasana tak nyaman. Akhirnya golongan muda mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya agar kedua tokoh itu tidak dipengaruhi oleh Jepang karena bisa membahayakan Indonesia jika terlambat dalam memproklamirkan kemerdekaan.Â
Secara otomatis jika Jepang kalah dalam perang dunia kedua maka Indonesia akan dikuasai Sekutu. Jika sampai terjadi seperti itu Indonesia akan terus terbelenggu.
Bulan Ramadhan mulia di tahun 1945 diyakini akan menjadi berkah bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan. Masyarakat belum tahu bagaimana sikap Soekarno dan Hatta.
**
Dari Rengasdengklok, para pemuda membawa dua tokoh besar Indonesia, Soekarno Hatta, kembali ke Jakarta. Tepatnya ke rumah Laksamana Maeda.
Mereka berunding bagaimana proses proklamasi akan dilakukan. Pembuatan naskah proklamasi dilakukan dengan musyawarah. Tokoh-tokoh seperti Achmad Soebardjo turut berembug. Begitu juga Burhanudin Muhammad Diah, Soekarni, Soediro, dan Sayuti Melik.
Ketika berembug terjadi beberapa koreksi dalam susunan teks proklamasi. Soekarno sempat mencoret kalimat yang kurang pas.
***
"Akhire Indonesia merdeka, ndhuk. Tanggal pitulas Agustus (Akhirnya Indonesia merdeka. Tanggal tujuh belas Agustus)," Cerita ibuku saat aku masih SD. Ibu sendiri saat proklamasi kemerdekaan Indonesia baru berumur lima tahun. Namun ibu masih ingat kalau Mbah dukuh mengajak para warga kampung berkumpul di tanah lapang, depan rumah Mbah dukuh. Tentu untuk menyambut kemerdekaan yang sudah diproklamirkan Soekarno-Hatta.