Kesalahan dalam menulis ijazah memang harus dihindari karena tak ada serep blangko ijazah. Jika ada kekeliruan dalam menulis ijazah maka pihak sekolah harus laporan ke dinas dan meminta blangko baru.
Setelah "konsep" ijazah dengan media pensil sudah jadi, saya minta kepada guru kelas untuk kembali mengoreksi "konsep" ijazah tersebut. Saya hanya manut petunjuk guru kelas VI kemarin.
"Nanti njenengan tulis pakai pensil dulu, Bu. Terus dikoreksi dulu tulisannya. Kalau sudah benar, baru nanti ditulis ulang menggunakan pulpen," terang sang guru kelas VI.
Saya menerima tugas itu, tetapi jika dirasa kurang bagus, saya minta guru lain yang tulisannya lebih rapi.
"Sudah bagus, Bu." Komentar singkat guru kelas VI ketika menunjukkan contoh tulisan saya.Â
Waktu itu, saya masih mencoba menawarkan kembali, siapa yang mau menulis ijazah. Tak ada yang menyanggupinya.Â
"Tulisan saya malah kayak tulisan dokter, Bu," seloroh guru kelas VI. Saya tersenyum mendengarnya. Beliau tidak tahu, betapa khawatirnya saya untuk menulis ijazah.
Ya sudahlah, di tengah kesibukan mengoreksi, mengolah nilai dan menunggu laporan nilai rapor dari guru Agama, PJOK, dan Bahasa Jawa, dengan mengucapkan bismillah saya menulis ijazah. Hitung-hitung ini pengalaman baru untuk saya. Ya karena setelah mengajar 17 tahun, baru kali ini untuk pertama kalinya saya menulis ijazah.Â
Branjang, 19 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H