Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentangmu dalam Ruang Ingatanku

27 Mei 2022   19:01 Diperbarui: 27 Mei 2022   19:07 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah kutanyakan di kelas mata kuliahmu waktu itu. Sekitar dua puluh tahunan yang lalu.

"Bapak mencalonkan diri jadi presiden saja, pak." 

Waktu itu kau menceritakan bagaimana kondisi Indonesia bagian timur pada kisaran tahun dua ribuan. Rupanya banyak orang yang meminta saran untuk penyelesaian beberapa masalah negara. Buktinya, ketika mengampu mata kuliah Filsafat Sejarah, banyak orang penting yang menghubungimu. 

Kau angkat telepon itu lalu kau hanya katakan, "I'm teaching." Selepas itu kau tutup panggilan yang sering masuk ke kontakmu.

Kembali lagi ke pertanyaanku. Mungkin juga teman-teman kuliah seangkatanku. Jawabanmu sungguh menunjukkan bahwa kau memang tahu beratnya amanah menjadi petinggi negara.

"Saya nggak mau pusing mikirin negara yang luas ini," jawabmu pelan.

Seperti biasa. Ucapanmu begitu hati-hati, sesekali telunjukmu memegang pelipismu. Mungkin karena terbiasa mendalami filsafat. Sebuah mata kuliah yang bagiku adalah tantangan berat. 

"Yang bagus itu sebenarnya banyak." Lalu kau sebutkan beberapa nama nama besar yang andilnya dalam persatuan dan kesatuan bangsa sangat besar. Tak perlu kutuliskan di sini. Yang jelas di antaranya ada nama salah satu mantan wakil presiden.

Diskusi demi diskusi dua mata kuliah sungguh membuatku banyak belajar darimu. Senyum khasmu dan rendah hatimu ketika berhadapan dengan mahasiswa masih membekas sampai saat ini.

Tak kau tunjukkan jumawamu. Padahal kau adalah seorang tokoh besar dari sebuah organisasi Islam dan guru besar pula di kampus.

**

Kini, di hari Jumat yang penuh berkah ini, kau telah berpulang. Setelah lama kau bertarung dengan sakitmu. Kusebut sakit sepuh.

Sungguh kuakui, aku bangga pernah belajar denganmu. Semoga husnul khatimah, dosenku tercinta. Semoga dilapangkan kuburmu, diampuni segala dosa-dosamu.

Terimakasih atas ilmu yang kau tularkan kepadaku dan teman seangkatan. Kiranya menjadi amal jariyah untukmu.

Sebuah catatan kecil yang kuingat tentangmu, Prof. Ahmad Syafii Maarif. 

Branjang, 27 Mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun