Hingga untuk kedua kalinya, dua bulan setelah dulu kutanyakan kesediaannya untuk jadi pendampingku, aku menanyakan hal yang sama lagi.
"Gimana, dik Ina?"
Gadis di hadapanku yang sering mengenakan pakaian dan jilbab biru itu bertanya, "Mas Candra apa serius? Kan di luar sana banyak perempuan yang ngefans sama mas Candra".
Aku tersenyum simpul. Ternyata dia tidak percaya diri dengan banyaknya gadis yang katanya mengidolakanku.
"Sudah, tak perlu dibahas perempuan-perempuan itu. Aku hanya butuh kepastian jawabanmu."
"Jawaban?" Tanya Ina menggantung.
Aku gemas sekali dengan gadis manis di sampingku itu.
"Baiklah. Aku ulang lagi ya, dik Ina. Maukah kamu menjadi pendamping hidupku?"
Hening. Hanya sapuan angin yang terdengar di taman rumah Ina. Sesaat kemudian pandanganku dan Ina bertemu. Dia tersipu malu.
Branjang, 10-11 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H