Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati, Arisan Bisa Akibatkan Permusuhan

14 Januari 2022   22:26 Diperbarui: 14 Januari 2022   22:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:samsurijal.com

Saya kira, hampir semua orang mengenal arisan. Dari Wikipedia kita bisa pahami bahwa arisan itu pada umumnya dilakukan oleh sekelompok orang. Biasanya arisan begitu lekat dengan kaum hawa.

Berikut kutipan dari Wikipedia tentang arisan. Arisan adalah salah satu bagian dari kegiatan sekelompok masyarakat, khususnya kaum perempuan. Kegiatan arisan merupakan salah satu alternatif kegiatan untuk mengisi waktu luang dan bersenang-senang. Kegiatan arisan diadakan sesuai kesepakatan kelompok.

Tujuan dari arisan memang untuk bersenang-senang sambil merekatkan hubungan antar anggota atau peserta arisan. Namun, jangan salah, arisan malah bisa memecah belah persatuan. Apalagi kalau ada blok-blok atau beberapa kelompok atau kubu.

Karenanya para pengikut arisan harus benar hati-hati. Jangan sampai arisan malah membuat perselisihan dan permusuhan.

Kenapa saya bisa mengatakan seperti itu? Paling tidak, ada sahabat dan saudara yang akhirnya menyerahkan urusan kertas lintingan berisi nama peserta arisan, pembukuan dan uang arisan kepada pihak lain demi menjaga syak wasangka buruk.

Berawal dari seorang saudara yang baru saja ditinggal suaminya. Ya. Suaminya meninggal karena sakit tahunan. Kebetulan saudara saya itu tidak menghadiri pertemuan bulanan dan arisan yang diselenggarakan setiap tanggal 5 malam. Saudara saya mendapat jatah arisan. Besarannya tak perlu saya ungkapkan di sini.

Karena kondisi duka yang masih menyelimuti saudara saya, para warga sepakat untuk tetap memberikan uang arisan kepada saudara saya. Namun ternyata itu tidak dipahami beberapa orang yang menganggap itu menyalahi aturan atau kesepakatan.

Akhirnya itu berlanjut ke arisan para ibu PKK. Para ibu bersitegang dan tidak terima kalau orang yang tidak hadir lalu mendapat arisannya.

"Pokoknya saya nggak setuju kalau Bu A dapat arisan. Lha wong dia nggak datang kok," begitulah kira-kira ucapan seorang ibu dengan ketus.

Melihat hal seperti ini tentu sangat memprihatinkan. Kegiatan PKK yang diselingi arisan harusnya membawa keceriaan, ternyata tidak. 

Saya kira, sebagai warga atau anggota arisan memang memiliki hak yang sama, yaitu mendapatkan uang arisan karena kewajiban membayar arisan bulanan juga dilakukan.

Jika ada yang tidak suka akan lebih baik apabila berlapang dada dan bertanya pada hati nurani, apakah semua orang bisa hadir terus dalam kegiatan tersebut ataukah tidak. 

Jika ternyata ada peserta arisan yang hobi menitipkan uang arisan karena kerepotan atau ada acara tertentu, apakah hak uang arisan dialihkan pada orang lain.

Tidak perlu karena saudara atau sekubu lalu minta hak saudaranya untuk mendapatkan arisan, sekalipun tidak hadir. Jangan hanya karena kebutuhan pribadi tertentu, lalu menggugurkan hak arisan orang lain. Karena semua peserta arisan itu punya kebutuhan juga. Jangan hanya memikirkan diri sendiri sementara orang lain tak dipikirkan. 

"Aku lihat catatan peserta arisan yang nggak datang, lalu namanya muncul juga dibawakan sama ibunya kok,"ucap peserta arisan lainnya. Nahhhh loooo. Kan sama saja. Iya 'kan? 

Memang manusia bisanya hanya wang-sinawang. Artinya menganggap pribadi tertentu kaya sehingga ada pendapat hak arisan ditunda. 

Ada baiknya para peserta arisan berpikir positif dan objektif. Karena jika negative thinking maka bisa memperkeruh suasana yang tadinya damai kemudian menjadi panas. Akan terasa aneh, gara-gara uang arisan yang tak seberapa pada akhirnya berakhir dengan permusuhan.

Bukankah begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun