Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati, Arisan Bisa Akibatkan Permusuhan

14 Januari 2022   22:26 Diperbarui: 14 Januari 2022   22:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:samsurijal.com

Saya kira, sebagai warga atau anggota arisan memang memiliki hak yang sama, yaitu mendapatkan uang arisan karena kewajiban membayar arisan bulanan juga dilakukan.

Jika ada yang tidak suka akan lebih baik apabila berlapang dada dan bertanya pada hati nurani, apakah semua orang bisa hadir terus dalam kegiatan tersebut ataukah tidak. 

Jika ternyata ada peserta arisan yang hobi menitipkan uang arisan karena kerepotan atau ada acara tertentu, apakah hak uang arisan dialihkan pada orang lain.

Tidak perlu karena saudara atau sekubu lalu minta hak saudaranya untuk mendapatkan arisan, sekalipun tidak hadir. Jangan hanya karena kebutuhan pribadi tertentu, lalu menggugurkan hak arisan orang lain. Karena semua peserta arisan itu punya kebutuhan juga. Jangan hanya memikirkan diri sendiri sementara orang lain tak dipikirkan. 

"Aku lihat catatan peserta arisan yang nggak datang, lalu namanya muncul juga dibawakan sama ibunya kok,"ucap peserta arisan lainnya. Nahhhh loooo. Kan sama saja. Iya 'kan? 

Memang manusia bisanya hanya wang-sinawang. Artinya menganggap pribadi tertentu kaya sehingga ada pendapat hak arisan ditunda. 

Ada baiknya para peserta arisan berpikir positif dan objektif. Karena jika negative thinking maka bisa memperkeruh suasana yang tadinya damai kemudian menjadi panas. Akan terasa aneh, gara-gara uang arisan yang tak seberapa pada akhirnya berakhir dengan permusuhan.

Bukankah begitu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun