Saya kira, sebagai warga atau anggota arisan memang memiliki hak yang sama, yaitu mendapatkan uang arisan karena kewajiban membayar arisan bulanan juga dilakukan.
Jika ada yang tidak suka akan lebih baik apabila berlapang dada dan bertanya pada hati nurani, apakah semua orang bisa hadir terus dalam kegiatan tersebut ataukah tidak.Â
Jika ternyata ada peserta arisan yang hobi menitipkan uang arisan karena kerepotan atau ada acara tertentu, apakah hak uang arisan dialihkan pada orang lain.
Tidak perlu karena saudara atau sekubu lalu minta hak saudaranya untuk mendapatkan arisan, sekalipun tidak hadir. Jangan hanya karena kebutuhan pribadi tertentu, lalu menggugurkan hak arisan orang lain. Karena semua peserta arisan itu punya kebutuhan juga. Jangan hanya memikirkan diri sendiri sementara orang lain tak dipikirkan.Â
"Aku lihat catatan peserta arisan yang nggak datang, lalu namanya muncul juga dibawakan sama ibunya kok,"ucap peserta arisan lainnya. Nahhhh loooo. Kan sama saja. Iya 'kan?Â
Memang manusia bisanya hanya wang-sinawang. Artinya menganggap pribadi tertentu kaya sehingga ada pendapat hak arisan ditunda.Â
Ada baiknya para peserta arisan berpikir positif dan objektif. Karena jika negative thinking maka bisa memperkeruh suasana yang tadinya damai kemudian menjadi panas. Akan terasa aneh, gara-gara uang arisan yang tak seberapa pada akhirnya berakhir dengan permusuhan.
Bukankah begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H