Beberapa kali kau menulis status di WhatsApp. Seolah ada sesuatu.
"Kenapa, Bulik?" Tulisku, menanggapi statusmu.
"Nggak kenapa-kenapa kok, mbak. Doanya aja."
Waktu itu aku tak mau bertanya lebih jauh. Meski dalam hati, aku menangkap ada sesuatu yang terjadi padamu. Ya karena waktu itu kau membuat status, foto yang menampakkan punggung tanganmu baru saja diambil sampel darah.
**
Kemarin kau kembali membuat status. Waktu itu kau tuliskan ucapan terima kasih kepada seorang dokter yang memberikan motivasi padamu.Â
Kuberanikan diri bertanya padamu. Entah apa nanti balasanmu.
"Bulik, ada apa to?" Tanyaku. Aku benar-benar kepo kali ini. Dan balasan WA darimu membuatku semakin kepo.
"Pengen ketemu kamu, mbak. Trus cerita dan memelukmu. Biar aku lega". Ada emoticon menangis di balasanmu.
"Lha ada apa? Sabar ya, Bulik..."
Akhirnya kau tuliskan cerita yang membuatku terkejut. Kau kulihat selalu sehat dan kuat, ternyata kau sakit.
"Aku lagi sakit mbak. Ada kista 2.1cm dan miom 4.5 cm..."
"Astaghfirullah. Trus gimana, Bulik? Awal gejalanya gimana?"
Kau menuliskan kalau Senin minggu depan kontrol. Keputusan penanganan sakitmu menunggu dokter kandungan. Tak lupa kau menceritakan gejalanya.
Semua berawal dari pinggang kananmu sakit selama seminggu tapi tidak sembuh-sembuh. Lalu dokter dari klinik tempatmu bekerja merujuk ke rumah sakit untuk di-USG. Dari hasil USG terlihat kista dan miom.Â
Setiap mau datang bulan kau rasakan sakit, bahkan sampai pingsan. Tetapi dua bulan terakhir kalau datang bulan tak kau rasakan sakit lagi.
Kau minta doa dariku. Tentu saja semua orang yang kukasihi kudoakan. Tanpa diminta.Â
"Semoga lekas baik, Bulik. Aku cuma bisa mendoakanmu. Insyaallah Bulik ditangani dokter dan segera membaik," Hiburku.
Ah, Bulik. Andai kau di dekatku, pasti kupeluk dirimu. Sekadar menenangkan dan membesarkan hatimu.
Tadinya kau memang bukan siapa-siapaku. Namun semenjak 2008 kau adalah iparku.Â
**
Hari ini kurasa kau sangat galau. Senin depan kau kontrol dan kebetulan ini akhir tahun 2021.Â
Bukan rahasia lagi kalau akhir bulan pasti isi dompet pasti menipis. Uang bergambar Pattimura, Muhammad Husni Thamrin, Idham Khalid lebih mendominasi dompet emak-emak daripada uang bergambar Frans Kaisiepo bahkan gambar proklamator RI.
"Mbak, maaf aku pinjem uang 500 ada nggak ya? Mau ta buat tambah kontrol besok Senin."Â
Terus terang aku bingung juga. Aku hanya pegang uang sisa sebulan ini. Tadi aku ke bank. Ternyata hari ini tutup buku. Tanggal 31 Desember.
Ah... aku merasa bodoh, kenapa aku tak ingat kalau akhir tahun pasti bank tutup buku.
"Kalau mau penarikan ya lewat mesin ATM, Bu" nasehat satpam yang berdiri di depan pintu bank.
Aku urung masuk bank. Salahku sendiri juga sih, dari dulu tak membuat ATM.
"Bulik, tolong kirimi nomor rekening saja. Mau ditransfer sama mas Yan."Â
Begitu kau kirim nomor rekening, mas Yan segera mentransfer uang yang kau butuhkan.
Apapun itu kuharap kau kuat dan segera sehat kembali. Merawat dan membesarkan anak-anak, amanah dariNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H