Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Hanya Kisahku

29 November 2021   08:09 Diperbarui: 29 November 2021   08:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: id.lovepik.com

Ini bukan hanya kisahku. Tapi kisahmu dan tiga kembarmu. Kurang lebih tiga puluh sembilan sampai empat puluh tahun yang lalu.

***

Kuingat saat aku kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta, pernah kumencari sebuah berita yang mengisahkan kelahiranku, juga saudara kembarku.

Di Perpustakaan Daerah di daerah Malioboro. Di sana banyak koran yang dijilid perbulan dengan kertas usang. Warna kuning kecoklatan karena termakan usia.

Aku ke perpustakaan itu bukan tanpa alasan. Alasan pertama dan utama, ada tugas dari dosen mata kuliah Kearsipan. Tugasnya berkelompok. Mengulas koleksi di perpustakaan tua itu.

Di saat mencari bahan untuk tugas, kuluangkan waktu mencari koran terbitan bulan Maret 1982. Kuperhatikan dan kusapukan pandanganku dari lembar ke lembar kertas koran. Tanganku membukanya secara perlahan. Ya mengingat kertas sudah tua dan mudah robek.

Upik, teman terbaikku, membantuku. Namun hasilnya nihil. Ya sudah. Kami menyerah. Tak mungkin kami membuka semua koleksi koran jilidan dalam waktu yang lama. Masih ada tugas lain dan jadwal kuliah yang harus dijalani.

Yang kuingat ketika di perpustakaan, Bulik Mar pernah bercerita kalau paklik Sabar yang menetap di Kebumen mengirimkan potongan berita tentang kelahiran anak kembar tiga. 

"Biyen, kang Sabar ngirim potongan berita koran. Nakonke apa sing nglairke bayi kembar 3 kuwi cen mbakyu apa dudu." (Dulu, kang Sabar mengirim potongan berita koran. Dia menanyakan apa yang melahirkan bayi kembar di berita itu benar mbakyu apa bukan.)

Begitulah. Lain cerita dari Bu Khoyim. 

"Pas neng sekolahan biyen Bu Mud kerep mbenakke agemanne. Gek ketok gedhi kae. Pirsane calon putrane kembar. Tapi ora ngira nek kembar telu." (Pas di sekolah dulu Bu Mud sering membenahi pakaiannya. Perutnya kelihatan besar. Beliau tahu kalau calon putranya itu kembar. Tapi nggak ngira kalau kembar tiga.)

***

Hari ini kudapatkan foto kliping, potongan berita tentangmu dan kelahiran si kembar tiga. Kuanggap itu sebuah kenangan bersejarah bagiku. Itu kiriman foto dari Lik Aswad yang menetap di Kalimantan. Kebetulan Lik Aswad menyimpannya.

Ada rasa haru kala membaca berita itu. Berita yang cukup singkat. Tanpa ada nama ketiga kembar itu. Cukup namamu dan lelakimu tercantum di sana. Kembar tigamu hanya dituliskan ciri kulit dan berat badan.

Aku, salah satu dari dua kembar yang masih hidup, dan memiliki tiga buah hati, merasakan bagaimana beratnya hamil dan bertaruh nyawa untuk melahirkan. Itupun hamil dan melahirkan satu bayi.

Sementara engkau hamil tiga bayi. Untuk bayinya saja sudah sepuluh kilogram. Alangkah beratnya bebanmu. Belum lagi perasaan saat merawat anak baik saat sehat maupun sakit.

Perjuanganmu pasti lebih berat. Kuyakin itu, ibu. Hanya doa yang bisa kukirimkan, semoga perjuanganmu berladang pahala dan kuburmu selalu dilapangkan. 

Branjang, 26 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun