"Sudah. Nanti luka lama muncul lagi, dik". Suamiku, mas Fathur, memberikan masukan padaku setelah mengetahui komentar demi komentar pada akun Facebook-ku.
Ya... saat akhir masa kuliah kita berseteru. Kamu marah besar padaku. Kamu menganggap aku pagar makan tanaman dan sebutan lainnya yang menyakitkan.Â
Waktu itu, saat kita wisuda, Rahman sapaan pujaanmu menemuiku. Dibawakannya buket bunga merah muda untukku, bukan untukmu.
Alhasil, di hari bahagia kita, berubah menjadi kesedihan. Kamu marah. Sementara aku terpaku di dekat menara Gedung Rektorat. Orangtua dan saudara-saudaraku tengah beristirahat di sisi timur Rektorat.
Tak kuterima buket bunga merah muda dari Rahman.Â
***
Cinta segitiga mewarnai persahabatan kita. Kamu mencintainya. Dia mencintaiku.Â
Lalu bagaimana denganku?
Jika kita menonton film Bollywood Kuch-kuch Hota Hai, aku menjadi Tina-nya. Tentu kamu ingat itu. Aku yang semula tak begitu mengenal dan mencintai Rahman-mu, karena aku KKN di kelompok yang sama dengannya, bersemilah cinta itu.
Namun perasaan itu kupendam. Sakit rasanya. Tapi demi persahabatan, aku rela menyembunyikan perasaanku.
***