Kisah tentangmu seakan tak ada habisnya. Meski ada sesuatu hal yang kau rahasiakan selama hidupmu. Tak tahu, apakah kau ceritakan pada Bulik atau malah kau adukan keluh kesah, dan tangismu kepada Illahi.
Yang kuingat kau pernah mengurung diri di kamarmu sendirian. Tidur terpisah dari bapak. Beberapa hari kau lakukan itu. Sampai kutanyakan kepada bapak. Tak ada jawaban darinya.
Aku yang waktu itu masih SD hanya berpikir, apakah ada kesalahan dariku hingga kau marah dan tak mau menemaniku. Hingga akhirnya tanpa sengaja kau keluar dari kamar. Tak ada senyum dari wajah cantikmu. Kulihat matamu sembab.Â
Entahlah apa yang terjadi.Â
***
Kuingat saat aku membuatmu kesal, pasti kau hukum. Pantatku kau cethot. Rasanya sakit. Dan itu membuatku jera melakukan perbuatan jelek. Aku takut kalau akan mendapat hukuman lagi.
Setelah beberapa hari mengurung diri akhirnya kau kembali dengan wajah yang sedikit demi sedikit cerah.Â
***
Masa SMPku, sering kali kau ajak aku terjaga di malam hari. Shalat tahajud. Meski dengan berat hati dan mata yang masih pedih, kuikuti ajakanmu itu. Semula tahajud kita laksanakan secara berjamaah karena waktu itu aku belum begitu mengenal shalat Sunnah.Â
Rangkaian doapun kau tuliskan pada lembaran kertas. Lembaran itu lalu kau fotokopi di Karangmojo. Tentunya bersama Bulik. Kau sama sekali tak bisa mengendarai motor. Ke manapun kau pergi, termasuk ke sekolah luar biasa, pasti diantar jemput Bulik.Â