Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki dari Dealer Motor dan Suamiku

17 Februari 2021   17:56 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama juga kita tak berbincang. Bahkan aku lebih senang dengan kehidupan di dunia nyata daripada dunia maya yang membuat kita saling mengenal. Ya...kita mengenal lewat rangkaian kata yang kita ukir di Kompasiana.

Jangan anggap aku tak merindukan kalian ya. Sungguh aku merindukan kehangatan berkomunikasi dengan kalian. 

Beberapa saat aku jarang berkunjung dan membaca-baca tulisan kalian. Maafkan aku ya, sahabat. Aku tak bermaksud sombong.

Itu semua tak berarti aku tak mempedulikan karya luar biasa kalian. Kesibukan sebagai emak di dunia nyata sangat menyita waktu. Tentu aku sebagai perempuan yang diamanahi buah hati juga berusaha mengutamakan mereka.

**

Lama tak berkomunikasi, kurasa banyak hal yang ingin kuceritakan kepada kalian. Namun kali ini aku lebih memilih cerita tentang sebuah peninggalan dari ibu yang telah berpulang setahun yang lalu.

Motor. Itulah kenangan yang hingga kini masih terus menemaniku untuk ke tempat kerja, mengantar-jemput anak, dan kegiatan luar rumah yang sekiranya membutuhkan kendaraan.

Motor produksi 2006 itu masih kupertahankan. Sementara saudara-saudaraku sudah membeli motor baru atau bahkan ganti-ganti mobil. 

Ada hal yang membuatku berat hati untuk melepas atau menjualnya, bahkan ketika aku bisa membeli motor baru suatu saat nanti.

"Ibu sama bapak bisanya ngasih motor kaya gini. Kalau kamu pingin motor yang lebih, ya kamu bisa jual dan nabung," ucap ibu dahulu, saat kuboncengkan ke sebuah swalayan di kota kecilku.

Terus terang aku kurang sreg dengan perkataan ibu. Ya karena semua yang diberikan ibu sangat luar biasa bagiku. Bernilai tinggi dan itu takkan bisa dibayar dengan apapun di dunia ini.

**

"Motor seperti itu masih tinggi nilai jualnya, pak," ujar seorang lelaki dari sebuah dealer motor. Lelaki itu berbincang dengan suamiku di beranda rumah.

Aku tahu memang motor seperti peninggalan dari ibu tetap banyak dicari. Meski pada beberapa bagian body motor yang pecah karena beberapa kali dikendarai suami dan kecelakaan.

"Iya, mas. Tapi motor itu motor bersejarah. Nggak mungkin dijual."

"Kenapa, pak? Banyak lho yang nyari..."

"Itu motor isteriku. Dibelikan sama almarhum ibu. Jadi akan tetap dijaga..."

Perbincangan suami dan lelaki dari dealer itu masih berlanjut. Masih tentang motor peninggalan dari ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun