Bagaimana kabarmu, teman? Lama juga kita tak berkomunikasi. Bagaimana mau berkomunikasi jika kontakku saja kamu blokir. Emmm...maksudku suamimu yang memblokir. Begitu tepatnya.
Tak ada kesalahan dariku sebenarnya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Aku saja yang terlalu mikir kenapa aku yang musti diblokir? Bukankah ada orang yang lebih pantas diblokir suamimu?
Ya... meski sudah diblokir, aku tetap merindukan saat kita bekerjasama. Membantu penyelesaian proyek buku di sebuah komunitas.Â
Saat bekerjasama itu kita berkomunikasi dan saling bercanda. Tanpa canggung aku memuji kecantikanmu.Â
Iya. Aku sebagai seorang perempuan bisa menilai bahwa seseorang itu memiliki kecantikan yang lebih daripada aku. Aku sendiri tak cantik. Cuma senang bercanda saja. Karenanya bisa memiliki banyak teman.
Bukannya aku tak mensyukuri setiap nikmat yang telah diberikan Allah padaku. Aku tetap bersyukur. Makanya dandan pun tak pernah neko-neko.Â
Kalau menyapukan bedak ke wajah, menggoreskan lipstik di bibir sudah pasti tak bertahan lama. Lima menit, bubar sudah dandananku. Hahaaa...
Tak apalah, yang penting aku memiliki suami yang menerima apa adanya. Anak-anak juga menyayangiku meski sering membuat tanduk di kepalaku muncul begitu saja.
**
"Kenapa left dari grup, mbak?" chat-ku waktu itu.
Beberapa kali kamu memang keluar lalu masuk grup. Kemudian left lagi. Itu dalam satu hari. Waktu itu memang keluar masuk grup bisa cepat dan mudah. Tak seperti sekarang.
Nah karena kamu keluar-masuk grup berkali-kali, itu membuatku penasaran. Hingga muncullah ide untuk chat pribadi.
Tak kusangka yang memegang HP bukanlah kamu. Balasan untuk chat-ku juga ketus. Tak seramah biasanya.
"Saya suaminya. Jangan sekali-kali memasukkan istriku ke grup lagi!"
Baru saja aku mau membalas chat itu dan mau minta maaf, terblokir sudah kontakku. Antara kaget dan tak percaya juga sebenarnya.
Aku memang tak mungkin bisa memasukkanmu ke grup. Aku bukan admin.Â
"Mungkin saja suamimu cemburu. Tapi entah pada siapa. Yang jelas aku sendiri adalah perempuan normal dan sudah berkeluarga," batinku menahan tanda tanya.
Meski tanpa komunikasi seperti dulu, aku tak mendendam. Kutahu semua itu terjadi karena kesalahpahaman. Kumaklumi saja dan kudoakan kamu selalu bahagia bersama keluarga kecilmu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H