Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merahasiakan Kisah Kita

13 Oktober 2020   18:44 Diperbarui: 13 Oktober 2020   18:47 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagi hari di sudut hutan kayu putih. Dokpri

Malam itu, sesampai di rumah, selepas aku memberikan jawaban padamu, kita berkomunikasi lagi. Waktu itu untuk berkomunikasi ya hanya lewat SMS. Biaya per-SMS kalau tak keliru 350 rupiah. 

Kalau punya pulsa berlebih ya komunikasi lewat telepon. Belum ada WhatsApp. Jadi ya begitulah. Aku yakin, tak hanya kita yang melalui kisah seru melalui komunikasi SMS atau telepon lewat HP.

Ah...iya. Kembali lagi ke malam selepas kita jadian, aku mengirimkan pesan padamu. Aku minta hubungan kita belum dipublikasikan di sekolah dulu. 

Rasanya aku belum siap kalau hubungan kita  diketahui oleh teman-teman kantor. Bukan karena malu. Bukan! 

Meski sebenarnya aku yakin ada banyak orang yang nantinya akan memandang kalau hubungan kita tidak akan langgeng. Ya mereka melihat status dan pendidikan kita yang beda.

Sekali lagi, itu tak kupedulikan. Aku hanya melihatmu sebagai sosok lelaki yang bertanggung jawab. Meski saat itu kita sama-sama sebagai tenaga non PNS.

**

Say, sepertinya kisah ini pernah kuceritakan padamu. Waktu Ulangan Akhir Semester. Kalau zaman sekarang disebut Penilaian Akhir Semester.

Aku mengawasi UAS bersama Bu Ziah. Sambil mengawasi siswa yang mengerjakan soal ulangan, aku dan Bu Ziah ngobrol. Banyak hal yang kami bicarakan.

Termasuk tentang kamu. Ya...waktu itu kamu juga menjadi panitia UAS. Tugasmu meminta tanda tangan pengawas ruangan. 

Kita masih merahasiakan kisah yang sudah terjalin beberapa saat. Jadi ketika kamu minta tanda tangan, tak ada obrolan yang menjurus ke hubungan kita.

Nah...selepas kamu meninggalkan ruangan yang kami awasi, Bu Ziah mulai cerita tentang kamu. Kalau tak keliru, Bu Ziah mengisahkan kalau suami Bu Ziah kadang melihatmu menjemput murid di salah satu SMA di kecamatan sebelah.

Aku cuma tersenyum mendengar cerita Bu Ziah. Tak ada rasa curiga kalau kamu benar-benar menjemput cewek SMA. Ya...tahuku hatimu sudah ada aku. Jadi begitulah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun