Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bersanding Denganmu untuk Pertama Kalinya

8 Oktober 2020   20:53 Diperbarui: 8 Oktober 2020   21:03 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, say. Tahu nggak, sejak beberapa bulan lalu aku jadi seneng menonton channel YouTube prank ala Gus Aldi. Prank yang asyik tapi ada nilai plus karena Gus Aldi mensyiarkan shalawat kepada Rasulullah Saw. Menghibur sekaligus menyejukkan hati.

Santun juga pranknya. Terkadang prank dengan berperan sebagai driver taxi online. Kalau tidak, ya jadi Sultan Juki yang fulusnya banyak. Ngetuk pintu saja pake emas batangan. Hahah. Ada-ada saja ya.

Kebanyakan orang yang diprank itu cewek-cewek cantik. Lucu dan aku tertawa sendiri karena tingkah si cewek yang tersipu karena ulah Gus Aldi atau Sultan Juki. Lumayan bisa jadi obat stress. Hihiii.

Say, tahu nggak? Kalau aku lihat Gus Aldi jadi driver taxi online, aku malah ingat pas dulu aku duduk sebelahan di mobil sama kamu pertama untuk pertama kalinya. 

Waktu itu rombongan guru dan karyawan mau outbound, tilikan atau malah kegiatan lainnya. Persisnya aku lupa. Mungkin kamu malah ingat ya, say. Coba nanti kamu ceritakan ya!

Kita duduk berdua sambil ngobrol. Waktu itu aku belum tahu namamu sebenarnya. Heheee. Tak apalah. Jangan marah ya, say. Yang jelas waktu itu kamu ngomongin cewek inceranmu. Entah orang mana, aku lupa cerita itu. Sementara aku masih mikirin orang lain. Tak usah kuceritakan orang itu ya. Males membahasnya.

Tapi di sela pembicaraan kita di sepanjang perjalanan, ada sesuatu yang bikin aku tidak sreg dengan obrolanmu. Entah kenapa. Dan saat itu juga aku membatin, "Nyebeli banget sih dia..."

Lalu aku membatin lagi, "Jangan-jangan dia jadi jodohku nanti. Hiii..." Kenapa aku membatin seperti itu? Tak tahulah. Aku cuma inget pas dibilangi mas sepupu kalau sama orang itu jangan terlalu benci, nanti malah bisa jadi dekat sama orang itu. Ih...jelas aku menolak pendapat sepupuku itu. Aku bergidik.

Iya. Kamu mungkin tak percaya. Namun begitulah adanya. Aku membatin sambil menggelengkan kepala, dan berharap kalau bukan kamu yang menjadi jodohku nanti.

**

Rupanya antara batin dan kuasa Allah bertemu. Rencana dan harapan manusia dengan rencana Allah sangat berbeda. Dan aku harus ikhlas dengan rencana Allah. Iya, selang beberapa bulan, atau tahun, kita akhirnya jadian.

Catatanku, aku tidak mau sekadar pacaran, tetapi aku mencari jodoh atau imam untuk rumah tanggaku nanti. 

Kamu pun mengiyakan. Hal sama kamu pikirkan. Kita sudah sama-sama dewasa. Dua puluh lima tahun usia kita waktu itu. Pacaran tanpa komitmen pasti sudah hilang dari hati. 

Iya. Kita serius untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Enam bulan setelah kita berkomitmen untuk serius, kamu dan keluargamu melamarku. Alhamdulillah. Sebuah langkah yang 'kan menenteramkan dan menenangkan hati kita. Karena sebentar lagi, kita sah menjadi suami-isteri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun