Aku takjub sekali. Ya karena aku tak pernah melihat pedagang yang pergi ke pasar dengan jalan kaki saat hari masih gelap. Pedagang zaman sekarang ke mana-mana sudah mengendarai motor atau mengemudi mobilnya.
"Apa Simbah nggak capek ya, Bu?" Tanyaku.
Ibu tersenyum. Dengan lembut ibu kembali bercerita bahwa Simbah tidak pernah mengeluh capek. Ibu tahunya Simbah sehat dan sampai sekarang masih bersama kami. Tetapi sekarang Simbah sudah tidak berdagang lagi karena sudah sepuh.
"Jalan pagi itu menyehatkan lho, nak. Apalagi kalau nyeker..."
"Nggak pake sandal atau sepatu maksud ibu?"
"Iya." Ibu mengangguk.
"Simbah ke pasar dengan nyeker?" Aku masih tak percaya dengan cerita ibu.Â
"Ya begitu. Orang zaman dulu kan jarang yang punya alas kaki."
"Apa nggak sakit kakinya, Bu? Kan kadang di jalan ada kerikil begitu..."
"Ya kalau pertama kali nyeker pasti sakit, nak. Tapi lama-lama malah terasa enak dan nyaman."
Lebih jauh ibu bercerita kalau jalan nyeker itu kita bisa mendapat udara segar yang baik untuk paru-paru. Selain itu, dengan jalan nyeker maka bisa mencegah tulang keropos, membuat kita  lebih berhati-hati dan jeli dalam menghadapi sesuatu di jalan, melancarkan sirkulasi darah, menyehatkan paru-paru dan jantung, mengurangi rasa cemas. Karenanya kita bisa merasa bahagia.