Seseorang yang telah menikah pasti menginginkan kebahagiaan selalu menghampiri. Dimudahkan rezeki, kesehatan dan buah hati yang sholih (taat beragama). Dalam tembang macapat, ketika siklus hidup mencapai pernikahan, maka masuk dalam tembang Gambuh.
Selain Gambuh, tembang Macapat ada Maskumambang (gambaran saat manusia di tuwa garba atau rahim), Mijil (gambaran saat manusia lahir), Kinanthi (gambaran saat manusia masih kecil dan harus dibimbing), Sinom (gambaran saat memasuki masa remaja), Asmaradana (saat manusia telah mengenal rasa tertarik terhadap lawan jenis), Dhandhanggula (saat jatuh cinta, semua terasa indah dan manis), Gambuh (menikah), Durma (saat manusia semakin tua), Pangkur (saat manusia mulai mungkur atau mulai meninggalkan hal duniawi, mengutamakan ibadah), Megatruh (Megat ruh atau berpisahnya antara raga dan ruh) dan Pocung (saat manusia dibungkus kain mori).
**
Dalam perjalanan berumah tangga, tak mungkin terjadi jika selalu mulus. Ada hambatan, masalah ---badai--- yang siap mengaramkan bahtera yang sudah berlayar.
Mendapatkan pasangan ---masa pedekate--- bisa dikatakan lebih mudah dibandingkan dengan merawat dan menjaganya. Meski ada juga yang mengatakan jika mendapatkan pasangan itu sulit sekali.
Sekali lagi jika dibandingkan dengan masa-masa pedekate atau pengenalan, terasa lebih mudah. Paling-paling hanya dihadapkan dengan perasaan galau, diterima atau tidak, bertepuk sebelah tangan ataukah tidak perasaannya.
Jika bertepuk sebelah tangan, patah hati sudah pasti. Namun jika ditilik sisi positifnya pasti ada. Meski saat patah hati, sisi positif itu tak terlihat, namun hati nurani pasti mengiyakan bahwa memang lebih beruntung jika tak jadian dengan pujaan hati ketimbang sakit hati jika bersama.
Permasalahan hubungan dua insan beda gender ini akan lebih kompleks jika pasangan kekasih telah menikah. Onak berduri selalu di hadapan mata.Â
Merawat hati dan hubungan tidak mudah. Perlu memahami bahwa ada seni untuk merawat agar hubungan selalu tumbuh kasih sayang dan pengertian.
Jika menikah bertujuan untuk berbahagia saja, rasanya tak mungkin. Di sekitar kita ada banyak contoh yang mengajarkan bahwa rumah tangga itu tidak selalu senang dan bahagia. Namun, mereka tetap bertahan dan harmonis.
Pasti menjumpai permasalahan-permasalahan. Nah, jika permasalahan muncul, kedua rmapasangan harus berkomunikasi dengan baikaik. Jika salah satu marah, maka pihak lain harus menahan diri untuk menghindari perselisihan. Bukan malah ikut terbawa arus.
Jika emosi sudah mereda, komunikasikan dengan baik permasalahannya beserta solusi yang membuat hati lebih nyaman kedua belah pihak.
Pernikahan bukanlah perang opini. Demokratis dalam rumah tangga sangat dibutuhkan dalam keseharian. Tak bisa jika salah satu punya keinginan untuk selalu dipatuhi sementara pasangannya harus manut. Saling menghargai dan mendengar satu sama lain.
Ambil sisi baik dari pendapat pasangan karena bisa jadi pendapat pasangan ada benarnya. Dan ada kekeliruan dalam pandangan sendiri.Â
Pasangan suami-istri harus ingat bahwa pernikahan itu menyatukan dua hati, dua pikiran yang beda. Menyatukan artinya bukan menyamakan persis isi hati dan pikiran.Â
Isi hati dan pikiran bisa disatukan dengan dialog dan musyawarah yang sehat. Kedewasaan sangat dominan dibutuhkan suami-istri. Jiwa kekanakan sebisa mungkin disingkirkan.
Saat didera prahara maka ada baiknya pasangan kembali mengingat masa perjuangan dalam meniti jalan hingga ke jenjang pernikahan.Â
Kenangan saat hati berbunga-bunga di mana semua terasa indah dan manis. Romantisme saat sama-sama pengenalan. Memang belum terlihat watak asli. Meski demikian, mereka sudah merasa sarujuk, jumbuh atau gambuh. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya sudah ada kecocokan, dan mau berpegang pada komitmen untuk menjaga rumah tangga yang harmonis.
**
![Saling menjaga semestinya dilakukan sampai kapanpun. Ilustrasi: sehatq.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/25/images-1-5f44b1e4097f3632e9533534.jpeg?t=o&v=770)
nadyan metu saking wong sudra papeki
lamun becik nggone muruk
iku pantes sira anggo
(Perkataan baik itu sejatinya pantas ditiru
Meski keluar dari orang sudra (rakyat biasa)
Kalau baik untuk mengajar/ pembelajaran,
Itu pantas kamu gunakan) ---salah satu cakepan tembang Gambuh---.
Nilai dari tembang Gambuh, mengajarkan bagaimana dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Tentang perbuatan jujur, bertutur kata yang benar (becik), meski itu berasal dari orang biasa.Â
Dalam berumah tangga, artinya, pasangan bisa menjaga kejujuran, ucapan, mengambil sisi baik dari setiap individu entah dari pihak isteri ataupun suami.
Jika rasa saling menghormati dan menghargai selalu dirawat maka rumah tangga yang diidamkan bisa terwujud.